Page 46 - Biografi Managam Manurung
P. 46

Managam Manurung: Sestama BPN RI ...  31

              dan memperlakukan sesama dengan kasih-sayang.
                  Kakek atau Oppung Managam kecil yang bernama Oppung
              Hendrik Siallagan boru Aritonang merupakan raja huta/kam-
              pung/kepala kampung yang sudah turun temurun. Karena kebe-
              tulan Oppung  Hendrik adalah anak lelaki paling sulung, maka
              dialah yang menjadi raja huta  ketika itu. Sebagai raja huta,
              Oppung  Hendrik memiliki tanggungjawab untuk memelihara
              peninggalan bersejarah di huta  Siallagan. Oppung  Hendrik
              Siallagan  sudah meninggal. Aktivitas inilah yang kemudian di-
              gantikan oleh nenek/oppung Managam kecil, Clementina boru
              Aritonang. Managam kecil bisa dikatakan cukup beruntung. Dia
              tinggal bersama oppungnya di kampung bersejarah ini. Huta
              Siallagan merupakan kampung yang dibangun oleh keluarga
              marga Siallagan yang dikuasai oleh seorang pemimpin yaitu Raja
              Huta, dalam hal ini Raja Siallagan. Pembangunan huta Siallagan,
              konon dilakukan secara gotong royong atas prakarsa raja huta
              yang pertama yakni Raja Laga Siallagan dan selanjutnya diwa-
              riskan kepada keturunannya Raja Hendrik Siallagan dan seterus-
              nya kepada keturunan Raja Ompu Batu Ginjang Siallagan. Pem-
              bangunan huta yang menggunakan batu-batu besar disusun ber-
              tingkat menjadi sebuah tembok besar yang kelak menjadi ben-
              teng dan di atasnya ditanami bambu (bagi orang Batak, bambu
              memiliki multi guna sebagaimana suku bangsa Indonesia yang
                   10
              lain).  Luas huta Siallagan diperkirakan 2.400 m persegi, dengan
              sebuah pintu gerbang masuk dari sebelah Barat Daya dan pintu
              keluar dari arah Timur. Huta ini dikelilingi dengan tembok batu



                  10  Dahulu, untuk membangun rumah adat Batak, juga dilakukan dengan cara
              gotong royong mengangkut kayu dari hutan atau ladang keluarga, kemudian
              mendirikannya sesuai bentuk dan aturan pendirian rumah adat Batak.
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51