Page 52 - Keadilan Agraria dan Penataan Ruang Sebagai Basis Integrasi Bangsa
P. 52
operasional perusahaan gula tersebut. Kerugian itu terdiri
dari: Pertama, pencemaran lingkungan operasional perusa-
haan, yaitu ketika proses panen berakhir kemudian
dibakarnya sisa pohon tebu, sehingga abu dan asap
pembakaran tersebut terbawa melewati pemukiman warga
dan menyebabkan masyarakat terkena penyakit asma dan
sesak napas akibat asap itu. Kedua, kekurangan air bersih,
masyarakat sekitar mengeluhkan air tanah yang susah
untuk didapatkan karena areal perkebunan tebu yang
gersang dan menyerap banyak air tanah di sekitar warga,
sehingga cadangan air sulit, baik untuk pertanian maupun
kebutuhan sehari-hari. Ketiga, kondisi lingkungan yang
gersang dan panas akibat karakter pohon tebu yang tidak
banyak mengeluarkan gas oksigen seperti pohon lain, serta
truk pengangkut tebu yang hilir mudik sehingga merusak
jalan desa masyarakat desa penyangga (Wawancara dengan
Iskandar, Ketua F-Kamis, 10 November 2019). Hal-hal itu
merupakan kerugian yang dirasakan masyarakat akibat
kegiatan usaha PG Rajawali II unit Jatitujuh.
Sehingga masyarakat yang tergabung dalam F-Kamis
memiliki persamaan tujuan untuk mengambil alih
penguasaan lahan HGU PG Rajawali II seluas 6000 hektar
kepada masyarakat setempat untuk dikelola. Adapun
upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat tersebut
diantaranya dengan melalui mekanisme hukum, demon-
strasi, penghadangan truk operasional pengangkut tebu,
pendudukan perusahaan untuk menghentikan operasional
perusahaan, dan mengajak pekerja perusahaan untuk
29