Page 33 - Permasalahan Sektoralisme Kelembagaan Agraria di Indonesia
P. 33

hanya bersifat koordinatif dan administratif.   Hal ini menegasikan
                                                        28
            ketentuan TAP. MPR No. XI/MPR/ 2001 tentang Pembaharuan Agraria
            dan Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA). Dimana ada 4 amanat
            penting yang dimandatkan, diantaranya (1) dilakukan peninjauan
            kembali segala perundangan-undangan dan peraturan di bidang
            agraria yang selama ini sifatnya sektoral, tumpang tindih, dan tidak
            mengandung semangat untuk mengedepankan kepentingan rakyat
            banyak dalam hal penguasaan, pemanfaatan, dan pengelolaan tanah
            dan kekayaan alam lainnya; (2) dilakukannya penataan kembali
            penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang
            berkeadilan yang lebih dikenal dengan istilah land reform, sekaligus
            dilakukan pendataan dan inventarisasi tanah untuk kepentingan land

            reform ini; (3) diselesaikannya konflik-konflik agraria dan pengelolaan
            kekayaan alam dengan berpegang pada prinsip menjunjung tinggi
            Hak Azasi Manusia, termasuk memperkuat kelembagaan yang akan
            bertugas melaksanakan penyelesaian sengketa-konflik; dan (4)
            mengupayakan pembiayaan bagi program pembaruan agraria dan
            penyelesaian konflik-konflik agraria maupun dalam pengelolaan
            kekayaan alam. Ketetapan MPR ini dapat menjadi kerangka pokok
            bagi upaya mengurangi ketimpangan penguasaan/pemilikan tanah
            dan kekayaan alam lainnya, menyelesaikan konflik-konflik agraria dan
            sumberdaya alam, dan memperbaiki kondisi lingkungan hidup dan
            sumberdaya alam yang rusak.
                 Pengkategorisasian pengelolaan sumber daya agraria yang ada
            di Indonesia menunjukkan sebuah fenomena yang begitu rumit.
            Istilah the jungle regulations dalam bidang agraria menggambarkan
            bagaimana begitu banyak aturan hukum yang berlaku atas sektor

            agraria yang ditangani oleh instansi yang berbeda. Hal ini seakan
            mengamini bagaimana semua instansi sektoral tersebut bebas membuat
            kebijakan selama dalam batasan koridor kerja masing-masing. Dalam
            kesempatan yang lain, Julius Sembiring menggambarkan bagaimana



                 28 Ahmad Nashih Luthfi. 2014. Koranopini.com. Merancang Tugas Pokok Kementerian
            Agraria. Diakses tanggal 23 November 2014.


            24        Permasalahan Sektoralisme Kelembagaan Agraria di Indonesia
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38