Page 39 - Tanah untuk Rakyat Laki-laki dan Perempuan Indonesia
P. 39

abstrak  (abstract norm)  yang  secara eksplisit diatur dalam  Pasal  28
            H  UUD  1945  yang  berbunyi:  “setiap  orang  berhak  mempunyai  hak
            milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara
            sewenang-wenang oleh siapapun.”, Makna yuridis yang dapat diambil
            adalah bahwa hak milik sebagai hak perseorangan telah menjadi bagian
            yang integral dari hak asasi manusia (human right).
                   Pengakuan ini dipertegas di dalam pasal 36 Undang-Undang
            No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi sebagai
            berikut:
                   1.   Setiap  orang  berhak mempunyai hak milik, baik
                       sendiri  maupun  bersama-sama dengan orang  lain demi
                       pengembangan dirinya,  bangsa dan  masyarakat dengan
                       cara yang tidak melanggar hukum.

                   2.  Tidak  seorangpun  boleh dirampas  miliknya dengan
                       sewenang-wenang dengan secara melawan hukum.
                   3.   Hak milik mempunyai fungsi sosial.
                   Sejarah menunjukan bahwa pada masa lalu perempuan tidak
            menerima waris tanah, oleh karena itu pada masa lalu perempuan tidak
            berhak mengelola tanah. Alasan yang melatar belakangi ketentuan adat
            tersebut adalah diantaranya: pada masa lalu letak dan kondisi tanah/
            ladang yang digarap tidak memungkinkan untuk dilalui dan digarap
            oleh  perempuan;1   dan  jarak antara  ladang dengan  tempat  tinggal
            sangat jauh, lalu  pilihannya jatuh  pada  perempuan (istri)  tinggal di
            rumah mengurus rumah dan anak, sedangkan laki-laki (suami) pergi
            ke ladang. Namun, saat ini, alasan tersebut tidak relevan. Letak ladang
            dengan  tempat  tinggal dapat dijangkau dengan  mudah  baik dengan
            berjalan kaki atau menggunakan kendaraan, peran mengurus rumah
            tangga  termasuk di dalamnya  mengurus anak dapat dipertukarkan
            antara istri dan suami. Oleh karena itu maka perempuan pun berhak
            mengelola  tanah  (2017).  Dengan  demikian,  perempuan  berhak
            mengelola tanah dan tidak ada satu alasanpun yang dapat melarang
            perempuan untuk mengelola tanahnya (Produk 1, 2017)

                                         19
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44