Page 36 - Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat (Hasil Penelitian Strategis PPPM STPN 2014)
P. 36

PPPM - STPN Yogyakarta              Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat

 Xaverius Dotulong tidak jelas siapa saja yang dimaksud dengan ahli   Meskipun  kemudian  selama  beberapa  waktu  beberapa  ahli
 waris tersebut.  waris  dotulong  berdomisili  di  Pulau  Lembeh.  Namun  ketika
               memanasnya  suhu  politik  terkait  konflik  kepemilikan  tanah  ini,
 b)  Klaim Penguasaan Tanah oleh Masyarakat
               para ahli waris mulai mengalihkan kepemilikan tanahnya kepada
 Klaim  penguasaan  masyarakat  didasarkan  pada  fakta  bahwa   pihak  lain  dan  meninggalkan  Pulau  Lembeh  untuk  pindah  ke
 masyarakat setempat telah tinggal dan menetap di wilayah tersebut   Bitung.
 selama  lebih  dari  20  tahun.  Dari  informasi  yang  diperoleh  dari
 narasumber  di  lapangan,  mereka  telah  mendiami  Pulau  Lembeh   c)  Pengaturan Pertanahan versi Negara
 sejak tahun 1965 ketika terjadi peristiwa Perdjuangan Semesta atau   Dengan  didasarkan  pada  SK  Mendagri  No.  170  Tahun  1984,

 Perdjuangan Rakjat Semesta (PERMESTA) di wilayah Bitung dan   disebutkan  bahwa  Pulau  Lembeh  adalah  tanah  yang  dikuasai
 bahkan  ada  yang  telah  ada  jauh  sebelum  itu.  Atas  dasar  ini,   langsung  oleh  negara.  Artinya  kebijakan  negara  melalui  HMN
 masyarakat mengehendaki pemerintah dapat secara arif bijaksana   berwenang untuk mengatur:
 mengakui penguasaan tanah mereka dan mengesahkan kepemilikan-
 nya melalui penerbitan sertipikat tanah.   1)   Mengatur   dan   menyelenggarakan   peruntukkan,   penggunaan
 Dalam  sebuah  buku  yang  ditulis  oleh  Johan  Rahasia,  di-  persediaan   dan  pemeliharaan  bumi,   air,  dan   ruang  angkasa
 ungkapkan bahwa Pulau Lembeh ini telah dihuni oleh masyarakat   tersebut;

 sejak abad ke 15 seperti dari Bangsa Sangir Talaud, Ternate, Tidore,   2)   Menentukan  dan    mengatur  hubungan-hubungan    hukum
 Batjan, dan Bolaang-Mongondow khususnya Loloda. Pada masa itu   antara orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa;
 Pulau  Lembeh  menjadi  sebuah  pulau  yang  sangat  menarik  bagi   3)   Menentukan    dan    mengatur  hubungan-hubungan    hukum
 para pengembara maritim maupun perompak. Yaitu karena letak   antara  orang-orang  dan  perbuatan  hukum  yang  mengenai
 pulau ini yang sangat strategis dan memiliki potensi alam berupa   bumi, air, dan ruang angkasa.
 sarang  burung  lelayang  yang  sangat  bernilai.  Selain  itu  karena   Atas  dasar  pemahaman  inilah  kemuadian  pemerintah  dalam
 letaknya yang tidak jauh dengan Kota Bitung, membuatnya menjadi   hal  ini  dirjen  agraria  yang  saat  itu  berada  dalam  naungan
 tujuan  pengembaraan  bagi  sebagian  orang  yang  terkena  dampak   kementerian dalam negeri menetapkan pulau lembeh sebagai tanah
 dari peristiwa PERMESTA.   yang  dikuasai  langsung  oleh  masyarakat.  Berdasarkan  informasi

 Berdasarkan buku dan pengakuan dari para narasumber, pada   dari narasumber G. Lumintang diketahui bahwa sebelum terbitnya
 saat  itu  sama  sekali  tidak  ada  dari  suku  bangsa  minahasa  yang   surat  keputusan  ini  telah  dilakukan  semacam  penelitian  pen-
 mendiami wilayah tersebut. Bahkan Xaverius Dotulong juga tidak   dahuluan  atau  tepatnya  beberapa  kali  rapat  tertutup  yang
 berdomisili di wilayah yang diklaim sebagai miliknya tersebut. Hal   melibatkan berbagai pihak terkait seperti keluarga ahli waris, kantor
 inilah yang menimbulkan asumsi bahwa Xaverius Dotulong tidak   pertanahan kota bitung, kanwil BPN Prov. Sulawesi Utara, akademisi
 pernah mendiami Pulau Lembeh dan hanya menguasai Pulau itu   dari  universitas  sam  ratulangi,  pemerintah  kota  bitung,  maupun
 dari luar wilayah ketika Belanda mengesahkan kepemilikannya.   juga pemerintah provinsi sulawesi utara. Disana dicapai kesepakatan




 34                                                                           35
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41