Page 34 - Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat (Hasil Penelitian Strategis PPPM STPN 2014)
P. 34

PPPM - STPN Yogyakarta              Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat

 tersebut  telah  dimiliki  sejak  tahun  1770  berdasarkan  ketentuan   Lengkong,  Pulau  Lembeh  di  buka  oleh  Suku  Tonsea.  Kemudian
 yang berlaku pada jaman kolonial Belanda yaitu:  karena jasa-jasa besar dari Xaverius Dotulong sebagai ukung-ukung
               Pulau Lembeh, secara sepihak Pulau Lembeh diakui sebagai milik
 (1)  Extract Resildtie in Rade van Politic te Ternate 27 Pebruari   Xaverius  Dotulong  dan  menjadi  kelakeran  keluarganya.  Tanah
 1770          kalakeran keluarga atau famili adalah tanah dengan hak ulayat yang
 (2)  Aldus Gedaan en Verleend te Ternate in’t Casteel Oranje den 17   diberikan kepala suku pada seseorang karena ia yang pertama kali

 April  1770  De  Gouverneur  der  Moluren  (WG)  Hermanus   membuka tanah tersebut untuk kemudian dapat diwariskan pada
 Munnik        keturunannya.  Hal  ini  kemudian  dijadikan  dasar  oleh  Xaverius
 (3)  Extract Uit net Register der Handelingen in Besluiten Van den   Dotulong untuk memperkuat status kelakeran ini dengan meminta
 Resident Van Manado No 37
               pengesahan dari Gubernur Maluku Hermanus Munnik.
 (4)  Diakui oleh S.P.J.M.M Goebernoer Djenderal di Batavia, dan
                   Secara turun temurun, tanah ini diwariskan kepada keturunan-
 dikuatkan  oleh  pihak  Kanjeng  Goervernement  Tanah  Hindia
               nya  sampai  saat  ini.  Namun  dalam  perkembangannya,  keluarga
 Belanda  oleh  S.P.T  Bangsawan  Resident  Manado  menurut
               Xaverius Dotulong mengalami kesulitan mengenai siapa saja yang
 Surat Putusan No 59 tertanggal 23 Februari 1897 bahwa Pulau
               termasuk ahli waris. Hal ini karena dalam tubuh internal ahli waris
 Lembeh milik Xaverius Dotulong.
               ini  terbagi  menjadi  3  kelompok,  yaitu  PAKXDO  (Persatuan
               Keturunan  Xaverius  Dotulong),  WALDO  (Perkumpulan  Keluarga
 Atas  dasar  bukti-bukti  yang  dimiliki  tersebut,  keluarga  ahli
               Besar  Watuk  Lumolindim  Dotulong),  dan  RUSDO.  Meskipun
 waris Xaverius Dotulong menuntut atas kepemilikan tanah seluruh
               kesemuanya  mengaku  ada  di  bawah  koordinasi  dari  PAKXDO,
 Pulau  Lembeh.  Namun  dalam  perkembangannya,  ahli  waris  ini
               namun  faktanya  masing-masing  kelompok  tersebut  memiliki
 melihat bahwa Pulau Lembeh saat ini telah dihuni oleh masyarakat
               kebijakan dan pendapat masing-masing.
 pendatang  yang  berasal  dari  Sangir  Talaud.  Sehingga  pemikiran
                   Dari data yang diperoleh dari Bagian Hukum Pemerintah Kota
 realistis mereka tidak lagi menginginkan 1 (satu) pulau secara utuh.
               Bitung,    pernah  dilakukan  inventarisasi  terhadap  tanah-tanah  di
 Namun  merujuk  pada  Keputusan  Mendagri  No.  170  tahun  1984,
               Kecamatan  Bitung  Selatan  Pulau  Lembeh  yang  dimiliki  oleh
 ahli  waris  menginginkan  alokasi  300  ha  tanah  yang  diberikan
               keluarga  ahli  waris  Xaverius  Dotulong.  Data    yang  diperoleh
 kepada ahli waris Dotulong dapat direalisasikan.
               menunjukkan bahwa terdapat 119 kepala keluarga yang memiliki
 Berdasarkan bukti-bukti kepemilikan yang ada, pihak ahli waris
               hak atas tanah atas beberapa bidang tanah yang ada di pulau lembeh
 keluarga  Xaverius  Dotulong  mendasarkan  klaim  penguasaan
               luasnya  mencapai  363,0939  ha.  Sebagian  dari  tanah-tanah
 tanahnya  sebagai  bentuk  tanah  adat  yang  diperoleh  oleh  dotu
               bersertipikat tersebut telah dialihkan kepada pihak lain. Namun hal
 mereka  sejak  jaman  dahulu.  Di  daerah  Sulawesi  Utara,  kita
               ini tidak mendapat pengesahan dari kuasa hukum PAKXDO yang
 mengenal  ada  2  bentuk  tanah  adat  sebagaimana  disampaikan  di
               berkedudukan di Manado. Mereka mengakui tidak tahu siapa saja
 awal.  Bentuk  tanah  adat  yang  diakui  oleh  keluarga  Xaverius
               yang telah memiliki hak atas tanah di Pulau Lembeh yang terdiri
 Dotulong  bahwa  tanah  ini  merupakan  bentuk  tanah  kelakeran
               dari + 300 kk tersebut. Hal ini lah yang membuat permasalahan
 keluarga.  Sedangkan  berdasarkan  sejarah  yang  ditulis  oleh  Bony
               tidak segera jelas karena dalam tubuh/ internal keluarga ahli wari

 32                                                                           33
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39