Page 30 - Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat (Hasil Penelitian Strategis PPPM STPN 2014)
P. 30

PPPM - STPN Yogyakarta              Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat

 pada umumnya sudah diduduki rakyat, tetapi karena sesuatu   mendapat reaksi keras dari masyarakat Indonesia. Selain menjadi
 hal hingga sekarang belum/tidak dibagikan dengan hak milik   sesuatu  yang  bersifat  sepihak,  pernyataan  klaim  menjadi  tanah
 kepada rakyat. Agar redistribusi tanah bekas tanah partikelir   negara  ini  berakibat  jatuhnya  sebagian  besar  tanah  milik  bangsa
 dan  tanah  bekas  hak  erfpacht/guna  usaha  ini  dapat  berjalan   Indonesia yang memang sebagian besar tidak memiliki sertifikat/
 dengan  tertib  dan  lancar,  maka  bagi  tanah  partikelir  yang   bukti  kepemilikan  kepada  pemerintah  Belanda.    Maria  SW
 terkena Undang-undang No. 1/1958 dan belum diberikan ganti-  Sumardjono  dalam  Julius  Sembiring  menjelaskan  bahwa  ruang
 ruginya kepada bekas pemiliknya, segera diajukan usul/bahan-  lingkup dari tanah negara meliputi :
                                                 13
 bahan penyelesaian ganti-ruginya kepada Menteri Agraria:
               1.  Tanah yang diserahkan secara sukarela oleh pemiliknya;
 a.  Terhadap  yang  sudah  dikeluarkan  surat  keputusan   2.  Tanah-tanah  yang  berakhir  jangka  waktunya  dan  tidak
 pemberian  ganti-ruginya,  segera  ditentukan  batas-  diperpanjang lagi;
 batasnya, bagian-bagian mana yang dikembalikan kepada   3.  Tanah-tanah  yang  pemegang  haknya  meninggal  dunia  tanpa
 bekas pemilik sebagai ganti-rugi sehingga jelas mana yang   ahli waris;
 dapat segera diredistribusikan.  4.  Tanah-tanah yang ditelantarkan;

 b.  Terhadap bekas tanah erfpacht, panitia Landreform Daerah   5.  Tanah-tanah  yang  diambil  untuk  kepentingan  umum  sesuai
 tingkat II perlu mengajukan usul dengan disertai keterangan   peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 lengkap kepada Menteri agraria untuk ditegaskan baik satu   6.  Tanah timbul dan tanah reklamasi;
 persatu  maupun  satu  kelompok  bekas  tanah  erfpacht   7.  Kelompok tanah negara sebagai hasil nasionalisasi  sesuai UU
 bersama-sama.     No. 86 Tahun 1958, UU No. 1 Tahun 1958 tentang Penghapusan
                   Tanah  Partikelir,  PP  No.  8  Tahun  1953,  Perpu  No.  3  Tahun
 3.  Tanah Negara
                   1960,  Penpres  No.  5  Tahun  1965,  dan  Penpres  No.  6  Tahun
 UUPA  dan  undang-undang  lainnya  tidak  mengatur  tentang   1964.

 tanah negara secara tegas. UUPA menggunakan istilah “tanah yang
 dikuasai langsung oleh negara”. Istilah tanah negara yang populer   Salah  satu  tujuan  besar  negara  Indonesia  adalah  untuk
 saat ini berasal dari peninggalan pemerintah jajahan Hindia Belanda   memajukan  kesejahteraan  umum.  Hal  ini  sebagaimana  terpatri
 yang menganggap tanah yang tidak dapat dibuktikan kepemilikannya   dalam  Pembukaan  UUD  1945  yang  menjadi  pedoman  bagi
 dengan surat menjadi tanah milik “Pemerintah Belanda”, sehingga   pemerintah  dalam  menjalankan  roda  perekonomian  dan
               pemerintahannya. Program yang digagas dalam rangka kebijakan
 12
 pada  waktu  itu  semua  tanah  menjadi  tanah  negara.   Keputusan
               pertanahan yang berkeadilan adalah mewujudkan Reforma Agraria
 pemerintah ini tertuang dalam sebuah peraturan yang diberi nama
               (RA). RA dimaknai sebagai penataan kembali struktur pemilikan,
 Keputusan Agraria atau “Agrarische Besluit”. Pernyataan keputusan
               penguasaan,  dan  penggunaan  tanah/  wilayah  demi  kepentingan
 ini kita kenal dengan istilah domein verklaring yang mulai populer
 di tahun 1870. Meskipun begitu, pernyataan domein verklaring ini

 12   Julius Sembiring. 2012. Tanah Negara. Yogyakarta: STPN Press. Hal:20.  13   Ibid. Hal 16.

 28                                                                           29
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35