Page 27 - Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat (Hasil Penelitian Strategis PPPM STPN 2014)
P. 27

PPPM - STPN Yogyakarta                                                                                             Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat

            melanjutkan pembelian kembali tanah-tanah partikelir, akan tetapi                                 c.  Tanah usaha ialah :
            sudah  menjadi  kewajiban  pemerintah  untuk  segera  mengelola                                       1.  Bagian-bagian  dari  tanah  partikelir  yang  dimaksud
            kepemilikan  dan  penguasaan  tanah  pertanian  yang  merupakan                                           dalam  Pasal  6  ayat  1  dari  Peraturan  tentang  Tanah-
            sumber mata pencarian bagi sebagian besar penduduk Indonesia.                                             tanah partikelir (S. 1912 – 422);
                Adanya lembaga tanah partikelir dengan hak-hak pertuanannya                                       2.  Bagian-bagian dari tanah partikelir yang menurut adat
            didalam wilayah Republik Indonesia, adalah bertentangan dengan                                            setempat  termasuk  tanah  desa  atau  diatas  mana
            azas  dasar  keadilan  sosial  yang  dijunjung  tinggi  oleh  masyarakat                                  penduduk  mempunyai  hak  yang  sifatnya  turun
            dan  negara.  Dengan  demikian  maka  dalam  rangka  menjaga                                              temurun.
            kebulatan kedaulatan dan kewibawaan Negara, demi kepentingan                                      d.  Tanah kongsi ialah :

            umum keberadaan tanah pertikelir harus dihapuskan dalam waktu                                         Bagian-bagian  dari  tanah  partikelir  yang  tidak  termasuk
            yang  sesingkat-singkatnya.  Sehingga  kemudian  lahirlah  Undang                                     tanah-usaha.
            Undang Nomor 1 tahun 1958 tentang Penghapusan Tanah Tanah
            Partikelir semua hak pertuanan atas tanah dihapuskan.                                         (2)  Tanah eigendom yang luasnya lebih dari 10 bouw yang menjadi
                                                                                                              milik seseorang atau suatu badan hukum atau milik bersama
            (1)  Yang dimaksud dalam Undang-undang ini dengan :
                                                                                                              dari beberapa orang atau beberapa badan hukum, diperlakukan
                a.  “Tanah  partikelir”,  ialah  tanah  “eigendom”  diatas  nama                              sebagai tanah partikelir.

                    pemiliknya    sebelum    Undang-undang      ini   berlaku                                     Sejak  mulai  berlakunya  undang-undang  ini  demi  ke-
                    mempunyai hak-hak pertuanan;                                                              pentingan umum hak-hak pemilik beserta hak-hak pertuanan-
                b.  Hak-hak pertuanan ialah :                                                                 nya atas semua tanah-tanah partikelir hapus dan tanah-tanah

                    1.  Hak untuk mengangkat atau mengesahkan pemilihan                                       bekas tanah partikelir itu karena hukum seluruhnya serentak
                        serta  memberhentikan  kepala-kepala  kampung  atau                                   menjadi tanah Negara. Tanah-tanah usaha tersebut pada Pasal
                        desa  dan  kepala-kepala  umum  sebagai  yang  disebut                                1  ayat  (1)  oleh  Menteri  Agraria  atau  pejabat  lain  yang
                        dalam pasal 2 dan 3 dari S. 1880 – 150 dan pasal 41                                   ditunjuknya, diberikan kepada penduduk yang mempunyai hak
                        sampai dengan 48 dari S.1912 – 422 ;                                                  usaha  atas  tanah  itu  dengan  hak  milik,  kecuali  jika  hal  itu
                    2.  Hak untuk menuntut kerja paksa atau memungut uang                                     menurut peraturan yang ada sekarang tidak mungkin. Dalam
                        pengganti  kerja  paksa  dari  penduduk,  sebagai  yang                               hal  yang  terakhir  oleh  Menteri  Agraria  diadakan  ketentuan-

                        disebut dalam pasal 30, 31, 32, 34, 35 dan 37 S. 1912 –                               ketentuan khusus.
                        422 ;                                                                                     Tanah-tanah bekas partikelir yang akan dibagikan tersebut
                    3.  Hak  mengadakan  pungutan-pungutan  baik  yang                                        adalah  tanah-tanah  bekas  tanah  partikelir  yang  merupakan
                        berupa  uang  atau  hasil  tanah  dari  penduduk  sebagai                             tanah  kongsi  yang  tidak  dikembalikan  kepada  pemiliknya
                        yang disebut dalam pasal 16 sampai dengan 27 dan 29                                   sebagai ganti rugi yang berwujud tanah pertanian. Tanah bekas
                        S. 1912 – 422 ;                                                                       tanah partikelir maupun bekas hak erfacht/guna usaha tersebut



            26                                                                                                                                                           27
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32