Page 50 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 50

Paham positivisme juga dianut oleh Aristoteles (384-322 SM) yang
            memberikan sumbangan cukup besar bagi pemikiran tentang hukum
            dan keadilan. Berawal dari pandangannya bahwa manusia hanya dapat
            berkembang dan mencapai kebahagiaan, kalau ia hidup dalam polis. Aristoteles
            berpendirian bahwa manusia adalah warga polis seperti halnya bagian dari suatu
            keseluruhan. Itu pertama-tama berarti bahwa manusia menurut hakikatnya
            adalah makhluk polis (zoon politikon). Oleh karena manusia hanya dapat
            berkembang dalam polis dan melalui polis, maka keutamaan yang tertinggi
            manusia adalah ketaatan kepada hukum polis, baik yang tertulis maupun yang
            tidak tertulis. Keutamaan moral ini disebut oleh Aristoteles sebagai keadilan. 59

                Pandangan Aristoteles tentang keadilan tertuang dalam karyanya
            nichomachean ethics,  politics, dan  rethoric. Keadilan adalah sebagai suatu
            pemberian hak persamaan tapi bukan persamarataan. Aristoteles membedakan
            hak persamaannya sesuai dengan hak proporsional. Kesamaan hak dipandang
            manusia sebagai suatu unit atau wadah yang sama. Semua warga negara di
            hadapan hukum sama. Kesamaan proporsional memberi tiap orang apa yang
            menjadi haknya sesuai kemampuan dan prestasi yang telah dilakukan atau
            mempunyai bobot tertentu. 60
                Aristoteles membagi dua macam keadilan yakni keadilan distributif dan
            keadilan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan yang memberikan
            kepada setiap orang porsi menurut prestasinya. Distribusi yang adil boleh jadi
            merupakan distribusi yang sesuai dengan nilai kebaikannya, yakni nilainya
            bagi masyarakat. Sedangkan keadilan commutatif adalah memberikan sama
            banyaknya kepada setiap orang tanpa membeda-bedakan prestasinya. 61

                Dalam keadilan distributif pengertian keadilan bukan berarti persamaan
            melainkan perbandingan sesuai dengan bobot, kriteria dan ukuran tertentu.
            Pada mulanya prinsip dasar keadilan distributif yang dikenal sebagai keadilan
            ekonomi punya relevansi dalam dunia bisnis, khususnya dalam perusahaan.
            Setiap karyawan harus digaji sesuai dengan prestasi, tugas dan tanggung


                59   Theo Huijber, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Penerbit Kanisius, Bandung
            1986, hlm. 28.
                60   Carl Joachim Friedrich, op.cit, hlm. 24.
                61   Carl Joachim Friedrich, ibid, hlm. 25.

                                            33
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55