Page 110 - Konsolidasi Tanah, Tata Ruang dan Ketahanan Nasional
P. 110

96    Oloan Sitorus

            pertanahan  (kehilangan  bukti  pemilikan,  kehilangan  batas
            tanah, kehilangan aset di atas tanah, termasuk ada juga yang
            kehilangan  jiwa  pemilik  tanahnya)  yang diakibatkan oleh
            tsunami,  hanya  direspon  dengan  rekonstruksi  administrasi
            pertanahan melalui RALAS. Padahal di Jepang, hampir semua
            kerusakan wilayah akibat tsunami ditata kembali melalui KT
            (land readjustment) dengan hasil yang menggembirakan.

                Pengelolaan pertanahan berbasis wilayah harus lebih cepat
            diwujudkan,  agar prinsip-prinsip pengelolaan pertanahan
            yang demikian  juga dapat dijabarkan dalam  KT.  Perubahan
            pengelolaan pertanahan  dari  berbasis persil  kepada  yang
            berbasis wilayah membutuhkan gerakan penyadaran intensif,
            seiring  penyadaran bahwa  tugas  pertanahan lebih luas dari
            sekedar administrasi pertanahan. Oleh karena itu, diskursus

            mengenai  orientasi baru  pengelolaan  pertanahan ini  harus
            terus  diintensifkan,  mengingat  sudah  begitu  pekatnya
            karakter pengelolaan pertanahan berbasis persil dilakukan di
            Indonesia. 17

            4.   Terwujudnya sinergisme kelembagaan di antara
                instansi yang berkaitan

                Kekuatan KT  sebagai kebijakan  pertanahan  dalam
            pemanfaatan ruang  terletak pada  ditindaklanjutinya
            pelaksanaan  KT  dengan pembangunan prasarana  jalan
            dan  fasilitas  umum lainnya. Padahal, kewenangan  untuk




            17   Oloan  Sitorus, dkk,  Konsolidasi  Tanah  Sebagai Restorasi
                Kerusakan  Wilayah Permukiman  Akibat  Tsunami di  Provinsi
                Aceh, Laporan Penelitian Strategis Dosen STPN, 2009, hlm. 61.
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115