Page 106 - Konsolidasi Tanah, Tata Ruang dan Ketahanan Nasional
P. 106
92 Oloan Sitorus
terendah 11,1%. Selanjutnya hasil penelitian Puslitbang BPN
14
Tahun 1994 diperoleh fakta bahwa dari 18 lokasi pelaksanaan
KT di seluruh Indonesia, 7 lokasi (38,9%) menyerahkan STUP
berkisar 16-20%.
Bahkan Yuswanda Tumenggung mengatakan bahwa
STUP biasanya adalah 14% dari tanah peserta KT. Sumbangan
15
tersebut belum cukup mendukung terciptanya konsolidasi
tanah swadaya, karena hanya cukup untuk penyediaan tanah
bagi keperluan prasarana jalan dan fasilitas umum. Selanjutnya
diketahui, hanya 2 lokasi (11,1%) yang menerapkan TPBP, yaitu
Kelurahan Babakan (Kotamadya Bandung) dan Desa Tengah
(Kabupaten Bogor).
16
Mencermati STUP yang diserahkan peserta KT pada
pelaksanaan KT sejak awal pelaksanaan KT di Indonesia sampai
akhir-akhir ini, kiranya masih terlalu tinggi harapan untuk
dapat memperoleh STUP yang ideal, yang diproyeksikan untuk
memperoleh tanah bagi prasarana jalan dan fasilitas umum
lainnya serta untuk TPBP, sehingga dibutuhkan besarnya STUP
sebesar 35-40% dari luas tanah (atau nilai tanah). Oleh karena
itu, kiranya kebijakan pelaksanaan KT cukup menargetkan
STUP sekitar 15% - 20% yakni hanya diproyeksikan untuk
prasarana jalan dan fasilitas umum lainnya. Besarnya STUP
itu tergantung luas tanah yang diperlukan untuk penambahan
14 Morita, Consideration and Recommendation for Urban Land
Consolidation of Indonesia, op. cit., hlm. 43.
15 Yuswanda Tumenggung, loc. Cit.
16 Pusat Penelitian dan Pengembangan BPN, op. cit., hlm. 17, 18.