Page 105 - Konsolidasi Tanah, Tata Ruang dan Ketahanan Nasional
P. 105
Konsolidasi Tanah, Tata Ruang, dan Ketahanan Nasional 91
luas tanah semula (sebelum KT). 11
Menurut Luciano Minerbi, rata-rata persentase STUP
(land contribution ratio) di Jepang selama tahun 1970-1980
mendekati 30%, dengan perkiraan 10% untuk Tanah Pengganti
Biaya Pelaksanaan (TPBP atau dalam literatur disebut
reserved land) dan 20% untuk jalan dan fasilitas umum. Rasio
kontribusi lebih tinggi pada lokasi konsolidasi tanah yang baru
(berkisar 29-35%) dan lebih rendah pada lokasi pembangunan
kota terbangun (older redevelopment) yakni 16%. Selanjutnya
disimpulkan bahwa rasio kontribusi lebih tinggi pada proyek
KT tanpa subsidi Pemerintah daripada proyek dengan
subsidi Pemerintah. Hal ini terjadi tanpa memperhatikan
tipe badan pelaksana KTP. Sejalan dengan itu, Mashahide
12
Sugiyama menyatakan bahwa di Jepang, rata-rata kontribusi
bertambah (atau berkurang) sesuai dengan pelaksanaan KT
pada pembangunan kota baru atau pada pembangunan kota
terbangun. Rasio kontribusi untuk pembangunan kota baru
35%, termasuk untuk reserved land, sedangkan pembangunan
areal terbangun 20%. 13
Pada awal pelaksanaan KT di Indonesia yakni tahun 1980-
1990, rata-rata rasio kontribusi 21,26%, tertinggi 35% dan
11 Doebele, loc. cit., dan, Parlindungan, loc. cit.
12 Luciano Minerbi, Land Readjustment: The Japanese System – A
Reconnaissance and a Digest, Penerbit A Lincoln of Land Policy,
Boston – USA, 1986, hlm. 251.
13 Mashahide Sugiyama, Major Issue and Promotion Systems for
Land Readjustment Project Implementation, Makalah pada “7
th
Seminar on Land Readjustment and Urban Development Bali 93”,
di Bali, Indonesia, 1993, hlm 31.