Page 102 - Konsolidasi Tanah, Tata Ruang dan Ketahanan Nasional
P. 102

88    Oloan Sitorus

            pemilik  tanah di  lokasi  yang  ditetapkan  sudah  menyetujui,
            maka KT tetap bisa berlangsung. Tegasnya, peserta yang lebih
            kecil jumlahnya  tidak bisa menginterupsi  pelaksanaan KT,
            bahkan mereka harus ikut pada kegiatan itu. Hal senada juga
            dikemukakan oleh Tadashi Morita dengan menyatakan bahwa
            sekarang ini, Jepang sudah lebih cenderung menganut metode
            KTP yang disebut sebagai “Compulsory method in democratic
            way”, dalam arti bahwa secara teoretis, KT memang seharusnya
            dilaksanakan dengan persetujuan yang lengkap dari seluruh

            peserta, namun proyek KT tidak bisa diinterupsi oleh egoisme
            individual tanpa alasan yang rasional dan dapat diterima akal
            (rational and reasonable basis) .
                                       6
                Perlu ditegaskan  bahwa  prinsip demokrasi  yang
            dikemukakan Peter H. Shieh  dan metode  “Compulsory

            method in democratic way” yang dikemukakan oleh Tadashi
            Morita, ini  hanya mungkin  diterapkan jika basis hukum
            pelaksanaan  KT  sudah ada dalam  bentuk  undang-undang
            (act).   “Paksaan”  terhadap peserta  yang  menolak untuk
                 7
            memberikan persetujuan karena alasan tidak rasional, secara
            teoretis hanya bisa dilakukan dengan dasar undang-undang
            (act). Artinya, sebagai produk legislatif para wakil rakyat telah
            ‘menyetujui’ pembatasan sebagian dari hak warganegara yang




            6   Tadashi Morita, Consideration and Recommendation for Urban
                Land Consolidation, Laporan Akhir 27 Juli 1991, 1991, hlm. 26.
            7   Secara teoretis, ‘basis hukum pelaksanaan KTP dalam undang-
                undang’  dapat dilakukan dengan  mengadakan  ketentuan
                KTP  sebagai  muatan  undang-undang  atau dengan  mengatur
                pelaksanaan KTP  secara  tersendiri  dalam bentuk  undang-
                undang.
   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107