Page 64 - Konsolidasi Tanah, Tata Ruang dan Ketahanan Nasional
P. 64

50    Oloan Sitorus
            2.  Rendahnya kesadaran ruang masyarakat

                Rendahnya kesadaran-ruang masyarakat  tampak  dari
            kesulitan pelaksanaan  KT untuk  memperoleh persetujuan
            lengkap dari  seluruh  peserta  KT dan  rendahnya  besarnya
            STUP  yang dapat ditentukan  untuk disumbangkan oleh
            peserta KT, yang hampir tidak pernah memenuhi syarat ideal

            sesuai ide  dasar KT. Praktik  pelaksanaan KT  di  Indonesia
            selama ini,  sangat  sulit memperoleh  persetujuan  dari  100%
            pemilik tanah dan/atau yang menguasai tanah di lokasi yang
            telah  ditetapkan  untuk menyerahkan STUP. Bahkan besar
            STUP masih sangat rendah jika dibandingkan dengan STUP
            yang  ideal  sesuai konsep  dasar KT.  Di Indonesia,  rata-rata
            STUP masih sekitar 14% dari luas tanah.  Jika STUP konsisten
                                                10
            direncanakan untuk prasarana jalan, fasilitas umum dan TPBP
            (Tanah Pengganti Biaya Pelaksanaan atau disebut juga Cost
            Equivalent Land), maka secara teoretis besarnya STUP yang
            ideal adalah 40% dari  luas tanah (atau nilai tanah) peserta
            KTP sebelum dilakukan penataan. Jumlah itu diproyeksikan
            untuk penggunaan sebagai berikut: 25% untuk prasarana jalan
            dan  fasilitas umum  lainnya,  sedangkan  15% untuk  ongkos
            pembiayaan  KTP tersebut, termasuk  ongkos  yang  bersifat
            administratif. Dengan demikian, setelah KTP luas tanah yang

            dikembalikan kepada pemilik tanah hanya tinggal 60% dari
            luas tanah semula (sebelum KTP). 11




            10  Yuswanda Tumenggung, loc. cit.
            11   William  A.  Doebele,  Land  readjustment,  D.C. Heath  and
                Company, U.S.A., 1982, hlm. 11.
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69