Page 66 - Konsolidasi Tanah, Tata Ruang dan Ketahanan Nasional
P. 66

52    Oloan Sitorus

            Kecenderungan masyarakat masih lebih mengedepankan hak
            daripada kewajiban.

            3.   Melemahnya  perspektif  ruang  SDM  ATR/
                Pertanahan
                Sejak  BPN  ditingkatkan  struktur organisasinya dari
            Direktorat Jenderal  Agraria menjadi  Lembaga Pemerintah

            NonDepartemen  yang  langsung  bertanggungjawab kepada
            Presiden berdasarkan Keppres No. 26  Tahun 1988  tentang
            Badan Pertanahan Nasional (BPN), fungsi utama BPN adalah
            sebagai administrator pertanahan. Fungsi sebagai pelaksana
            Politik  Pertanahan/Agraria  sebagaimana  pernah diemban
            pada tahun 1955-1965 sudah tidak menjadi domain BPN lagi.
            Dalam pada itulah, maka terdapat kesan yang kuat bahwa tugas
            BPN yang utama adalah penerbitan sertipikat tanah sebagai
            bukti  penguasaan dan  pemilikan  tanah yang  terkuat dalam

            Sistem Hukum Tanah Nasional. Pernah pada tahun 1993-1998,
            BPN ditingkatkan menjadi  Kantor Menteri Negara  Agraria/
            BPN, namun citra organisasi ini tetaplah lebih dikenal sebagai
            instansi “pemberi sertipikat” tanah, bukan pengemban politik
            pertanahan sebagaimana diinginkan UUPA. Apalagi, setelah
            memasuki Orde  Reformasi  tahun  1998, kedudukan  Kantor
            Menteri Agraria/BPN dikembalikan lagi menjadi BPN.

                Dalam  perkembangan organisasi  yang  begitu dinamis,
            maka fungsi otoritas pertanahan yang relatif tetap dan menjadi
            tugas  utama BPN  adalah menerbitkan  sertipikat  sebagai bukti
            pemilikan  tanah.  Kemampuan aparat  pertanahan  seolah-olah
            hanya difokuskan pada administrasi pertanahan dalam arti sempit.
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71