Page 62 - Konsolidasi Tanah, Tata Ruang dan Ketahanan Nasional
P. 62

48    Oloan Sitorus

            D.   Pokok-pokok Persoalan yang ditemukan

            1.  Lemahnya aturan hukum pelaksanaan KT

                Kelemahan aturan hukum itu berada  pada substansi dan
            bentuk hukum  atau jenis  aturan. Dari  segi  substansi, materi
            muatan aturan yang tersedia belum mampu mengamankan dan
            mendorong pelaksanaan KT sebagai kebijakan pertanahan untuk
            pemanfaatan  ruang  sesuai RTRWK/Kab. Ketidakmampuan
            aturan hukum  yang  tersedia  saat ini  untuk mengamankan
            pelaksanaan KT tampak dari ketiadaan solusi terhadap peserta KT

            yang menolak sebagai peserta KT di lokasi yang telah ditetapkan
            oleh Bupati/Walikota. Padahal, penolakan itu dilakukan tanpa
            alasan yang rasional dan masuk akal. Pasal 4 ayat (2) Peraturan
            Kepala BPN No. 4 Tahun 1991 tentang KT menyatakan bahwa
            KT dapat dilaksanakan apabila minimal 85% dari pemilik tanah
            dan/atau yang menguasai tanah di lokasi yang telah ditetapkan
            menyatakan  persetujuannya. Ketentuan itu menyisakan

            pertanyaan mengenai penyelesaian terhadap sebesar 15% yang
            belum  menyatakan  persetujuannya.  Kadang-kadang  tapak
            (site) dari tanah yang tidak mau dijadikan sebagai peserta KT
            itu berada pada letak yang strategis, sehingga kalau tidak ikut
            ditata akan menjadi penghalang dalam melaksanakan KT secara
            keseluruhan. Hal itu mengindikasikan lemahnya aturan hukum
            sebagai landasan hukum operasional pelaksanaan KT.  9




            9   Oloan Sitorus,  dkk,  “Konsolidasi  Tanah sebagai  Restorasi
                Kerusakan Wilayah  Permukiman Akibat  Tsunami  di  Provinsi
                Aceh”, Laporan Penelitian Strategis Dosen STPN, 2009, hlm.
                28-29.
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67