Page 35 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 35

Ahmad Nashih Luthfi  dkk.
            mempunyai pengaruh sampai kini. Di dalam perjuangan
            melawan kolonialisme, para tokoh nasionalis meman-
            dang masyarakat petani sebagai sokoguru bangsa yang
                18
            baru.  Konsep ekonomi dualistik yang dikemukakan
            Boeke pada perempat pertama abad ke 20 memperkuat
            pandangan tersebut. Masyarakat desa Jawa dipadat-
            satukan ke dalam kategori tradisional, subsisten dan
            mandek, hadir terpisah dari sektor ekonomi modern di
                                          19
            dalam suatu kerangka dual society.  Demikian pun pan-
            dangan mengenai masyarakat desa yang homogen
            tercermin dari gagasan Geertz mengenai ciri pertanian
            yang involutif pada suatu masyarakat desa yang diciri-
            kan oleh nilai shared poverty. Ciri involusi itu merupakan
            akibat dari struktur dan politik agraria kolonial.  Ga-
                                                        20
            gasan-gagasan di atas sangat mempengaruhi cara
            pandang dari berbagai kategori masyarakat—akademisi,
            gerakan sipil—yang berkecendrungan meromantisir dan
            menyederhanakan masyarakat petani.
                Jika kita melihat data mutakhir, tahun 2002 mem-




                18  Jan Breman, 1997, The Village In Focus, di dalam Jan C. Bre-
            man, Peter Kloos, Ashwanis Saith (ed) The village in Asia Revisited,
            Delhi, Oxford University Press, 1997: 15-75.
                19  Boeke, J.H., 1953, Economics and Economic Policy of Dual
            Societies as Exemplified by Indonesia, Haarlem.
                20  Clifford Geertz, Involusi Pertanian, Proses Perubahan Ekologi
            di Indonesia. Jakarta: Bhratara Karya Aksara, diterbitkan untuk LPSP-
            IPB dan Yayasan Obor, 1975.

            14
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40