Page 77 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 77

Ahmad Nashih Luthfi  dkk.
            dan buruhan. Dua hal ingin disoroti dalam bab ini, yakni
            tentang apakah terbentuk diferensiasi lebih lanjut pada
            masyarakat petani Ngandagan? Juga, bagaimana peran
            kelembagaan desa pasca-landreform, terutama pada masa
            rezim Orde Baru?
                Pada umumnya terdapat 4 pelapisan sosial di desa
            Ngandagan. Pertama, petani kaya yang memiliki tanah
            melalui pewarisan atau karena merupakan keluarga dari
            pembuka tanah. Kelompok ini kemudian mampu mela-
            kukan ekspansi modal ke ranah non farm. Kedua, kelas
            pemilik tanah sedang yang berhasil mengkonsolidasi
            penguasaan tanah secara bertahap. Ketiga, adalah ke-
            lompok yang mendapatkan hak garap tanah sawah
            buruhan 45 ubin. Golongan ini merupakan jumlah ter-
            banyak dari masyarakat petani Ngandagan. Keempat
            atau terakhir adalah penggarap tak bertanah atau tuna-
            kisma yang bekerja pada tanah orang lain ketika musim
            tanam serta panen dan melakukan strategi migrasi ke kota
            guna mencari pekerjaan non-pertanian.
                Sejarah Ngandagan tidak lebih tua dari empat gene-
                          1
            rasi ke belakang.  Ngandagan dikenal sebagai sarang kecu
                          2
            dan pembegal.  Pada tahun 1930-an penduduk desa
                1  Perhitungan ini didasarkan atas pernyataan bahwa Soemotirto
            adalah lurah keenam desa Ngandagan. Hingga kini Ngandagan secara
            keseluruhan mempunyai 9 kepala desa yang masing-masing lurah bisa
            menjabat 15 tahun lebih.
                2  Ada dugaan para penghuni desa Ngandagan bermain judi dan
            jika mengalami kekalahan, tanah mereka dijadikan taruhan. Kebiasaan

            56
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82