Page 74 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 74

Kondisi dan Perubahan Agraria Desa Ngandagan ...
               7. Temorejo
               8. Sastro Utomo
               9. Kusna Suwardi
                   Sepulang ke Ngandagan dari berakhirnya penga-
               dilan atas kasus yang menimpanya, Soemotirto segera
               menarik diri dari politik desanya. Sosoknya sebagai orang
               sakti yang sering ditampilkan dengan memakai celana
               hitam selutut dan sering bertelanjang dada bahkan ketika
               keluar, serta dipercayai hanya mandi sekali dalam seta-
               hun, semakin menonjol. Tidak berapa lama dari kasus
               yang menimpanya, Soemotirto akhirnya meninggal pada
               tanggal 6 April 1965.
                   Perkembangan agama Katolik cukup pesat terutama
               dianut oleh para warga dusun Karang Turi, sehingga
               pada 2 November 1969 didirikan kapel yang kemudian
               menjadi Gereja Setasi, S Markus. Sementara itu warga
               dusun Krajan mayoritas memeluk agama Islam.
                   Konversi agama di  Ngandagan terkait dengan poli-
               tik pedesaan yang ada di sana. Isu ini sangatlah menarik.
               Ketika terjadi tragedi nasional 1965, dimana berakibat
               pada aksi pembantaian terhadap rakyat pedesaan teruta-
               ma di Jawa dan Bali, desa Ngandagan dapat dikatakan
                                                 15
               luput dari kekerasan kemanusiaan itu.  Mayoritas pen-



                   15  Mengenai pembantaian massal atau kekerasan kemanusiaan pasca
               G-30 S, lihat, Robert Cribb, Indonesian Killing, 1965-1966: Studies of
               Java and Bali, (Australia: Monash University, 1990).

                                                              53
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79