Page 261 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 261
Mobilisasi yang Lamban
Brazil bersamaan dengan tumbuhnya pemukiman baru di
wilayah perbatasan (di utara dan barat tengah). Di akhir
tahun 50-an, populasi Brazil didominasi oleh masyarakat
pedesaan (75 persen), meskipun 85 persen dari populasi
itu hidup dan bekerja di lahan seluas hanya 10 persen dari
yang ada.
Ketidakmerataan kepemilikan lahan ini menimbul-
kan ketidakpuasan masyarakat pedesaan hingga kemudian
meletus pada tahun 60-an ketika mobilisasi rakyat untuk
akses atas tanah mulai menyebar di seluruh Brazil dan Latin
Amerika. Pada masa itu, para petani dan buruh tani tum-
buh semakin radikal. Mereka diorganisir oleh serikat
dagang pedesaan, berbagai faksi kelompok Komunis Bra-
zil, dan Gereja Katolik (Forman 1975; Maybury-Lewis
1994; Pereira 1997; Santos and Costa 1998). Ketika itu
banyak pemerintahan di Amerika Latin mulai mengim-
plementasikan reforma agraria (de Janvry 1981; de Janvry
et al. 2001; Grindle 1986), namun di Brazil, upaya reformasi
yang gigih mengancam elit penguasa tanah yang berkuasa.
Di tahun 1964, sebuah kup militer menjalankan peme-
rintahan otoriter yang bisa mempertahankan kekuasaan
selama 21 tahun (Hall 1990; Reis 1990). Sejak berkuasa
pemerintahan militer membangun strategi bercabang dua
untuk mengatasi keresahan masyarakat pedesaan: di satu
sisi, masyarakat pedesaan yang miskin (atau penggerak tani)
direlokasi ke daerah perbatasan kolonisasi baru, seperti
wilayah hutan hujan Amazon; sementara di sisi lain,
pertanian skala besar ditargetkan untuk modernisasi
inisiatif pemerintah (state-led modernization) dalam upaya
meningkatkan efisiensi dan mengurangi ketergantungan
Brazil pada petani kecil.
Di akhir tahun 70-an, negara otoritarian mulai
melemah. Ketika militer mulai menarik diri dari kekuasaan,
para petani tak bertanah dan buruh-buruh pedesaan mulai
membentuk pemukiman-pemukiman liar di seluruh negeri
247