Page 288 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 288
GERAKAN AGRARIA TRANSNASIONAL
keberlangsungan hidup keluarga mereka). Asesmen
Greenberg terhadap LPM di tahun 2004 menemukan
bahwa, di atas kertas, LPM terstruktur “di bagian atas”
dengan adanya dewan nasional, dewan propinsi dan struk-
tur ranting. Sebagian besar anggota dewan tidak memiliki
jaminan akses atas tanah. Namun, di tingkat akarrumput;
LPM “sebagian besar tidak terstruktur” (Greenberg 2004b,
21). Greenberg menduga bahwa upaya yang dilakukan para
aktivis dan para pengembang untuk menciptakan “struktur
yang sangat jelas dan sempurna” bagi LPM sebagai gerakan
sosial itu kurang matang (2004b, 21).
Ricardo berpendapat bahwa tujuan-tujuan dan aksi-
aksi LPM “seharusnya mengakar pada perjuangan harian
rakyat”. Namun ini rumit karena basis gerakannya ‘ber-
umur 40 tahun ke atas’ dan kepemimpinan gerakan ini me-
nua. “Ini merupakan sebuah proses sulit yang membutuh-
kan waktu dan tenaga. Karena itu gerakan seharusnya
terfokus pada merepolitisasi pemuda Afrika Selatan.”
Ricardo sengaja membandingkan LPM dan MST: MST,
katanya, ‘secara efektif menyelesaikan’ isu para pimpinan
muda yang enerjetik ini dengan melibatkan anak-anak
muda ke dalam gerakan pada usia yang masih muda dan
memberi mereka tanggung jawab yang besar di dalam
pemukiman-pemukiman. Dia menilai bahwa kepemim-
pinan LPM harus menjangkau jaringan nasional, lokal dan
internasional dengan memasukkan orang-orang yang dapat
mengorganisir dan mengartikulasi aspirasi anggota.
Masalah kunci LPM, menurut Ricardo, adalah bahwa
kepemimpinan dilihat sebagai bagian dari intelejensi kelas-
tengah karena para anggota staff ornop telah demikian
mempengaruhi arah yang diambil oleh LPM. Menurut
Ricardo, bahkan pemerintah Afrika Selatan mengkritisi
gerakan kaum tak bertanah karena tidak memiliki
kepemimpinan yang terhubung kepada basis akarrumput:
‘Negara pada intinya … mengatakan … “atas nama siapa
274