Page 163 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 163
154 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
dan harmoni sosial. Misalnya, ada solidaritas Pemerintah Desa
Prigelan terhadap petani, yang juga mencerminkan solidaritas
pemilik tanah sawah terhadap petani di Desa Prigelan yang tidak
memiliki tanah. Solidaritas semakin tampak nyata ketika para petani
yang menerima hak garap, melakukan tugas ronda malam dan kerja
bakti (memperbaiki jalan dan saluran irigasi) untuk kepentingan
Desa Prigelan. Inilah wujud solidaritas agraris di Desa Prigelan yang
memaknai strategi pertanahan sebagai instrumen yang mampu
memberdayakan para petani.
3. Revitalisasi Keberdayaan Agraris
Keberdayaan agraris antara lain ditandai oleh pemenuhan
kepentingan (kebutuhan) petani yang tidak memiliki tanah.
Fenomena ini memperlihatkan adanya ikhtiar untuk menciptakan
rasa keadilan, saat petani yang tidak memiliki tanah sawah dipenuhi
kebutuhannya. Mereka diberi kesempatan untuk menggarap
tanah sawah seluas 60 ubin, agar dapat memperoleh hasil panen
bagi pemenuhan kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Inilah
wujud keberdayaan agraris yang ada di Desa Prigelan, karena dapat
mencegah timbulnya perbedaan dramatis antara para pemilik
tanah sawah dengan para petani yang tidak memiliki tanah sawah.
Walaupun ada “politik ketenaga-kerjaan lokal” yang melatar
belakangi strategi ini, tetapi perbedaan dramatis dapat diredam, dan
sebagian petani tidak terlalu cemburu atas fasilitas tanah sawah yang
dimiliki oleh sebagian petani lainnya.
Keadilan penguasaan tanah yang mewujud di Desa Prigelan
relevan dengan kesuburan tanah dan tersedianya jaringan irigasi
di desa ini. Hal ini dapat memberi dampak ekonomi bagi petani,
terutama bagi petani yang tidak memiliki tanah sawah. Dampak
ekonomi tersebut berupa peningkatan penghasilan mereka, setelah