Page 159 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 159
150 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
Sentuhan (interaksi) kepentingan antara Pemerintah Desa
Prigelan dengan petani, seringkali juga melibatkan kelompok tani
dan gabungan kelompok tani. Oleh karena itu, solidaritas agraris
yang terbentuk antara Pemerintah Desa Prigelan dengan petani,
selanjutnya juga menciptakan solidaritas agraris dengan kelompok
tani dan gabungan kelompok tani. Dengan demikian terbentuklah
solidaritas agraris antar elemen tani di Desa Prigelan, yang berpeluang
untuk menciptakan keadilan, kesejahteraan, dan harmoni sosial di
desa ini.
Meskipun pada awalnya solidaritas agraris dipersuasi oleh
Pemerintah Desa Prigelan, tetapi seiring dengan berjalannya waktu
dan dukungan tokoh-tokoh desa, maka lama kelamaan solidaritas
agraris terbangun secara sukarela. Secara lambat-laun kondisi ini
mewujud atas interaksi kepentingan segenap elemen tani di desa
ini, yang memiliki tujuan utama mempertahankan kelangsungan
hidup petani di desa ini. Kesukarelaan berbasis solidaritas inilah
yang telah menjadi unsur utama pola hidup bermasyarakat para
petani di Desa Prigelan, khususnya pola hidup yang penuh dengan
rasa kebersamaan dan kegotongroyongan. Dengan demikian nilai
ekonomi bukanlah faktor yang semata-mata menjiwai interaksi
kepentingan antar elemen tani di Desa Prigelan, karena faktor ini
juga didampingi oleh rasa kebersamaan dan kegotongroyongan.
Pertimbangan sosial dan budaya (tradisi masyarakat) turut menjadi
faktor penentu interaksi kepentingan antar elemen tani di desa ini,
yang selanjutnya mengalami agregasi sehingga menjelma menjadi
solidaritas agraris.
Oleh karena perbaikan kearsipan pada akhirnya memperlihatkan
solidaritas agraris di Desa Prigelam, maka ada pula bentuk kegiatan
lain yang dibangun dalam semangat solidaritas agraris. Sebagai
contoh Basuki Rahmat menjelaskan, bahwa Pemerintah Desa