Page 156 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 156

Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan  147

                Kritik Untung menunjukkan kesadaran agraris yang dimilikinya,
            terutama yang berkaitan dengan penguasaan dan pemilikan tanah
            sawah. Untung telah memperlihatkan perhatian yang akhirnya akan
            terkait dengan aspek produksi, aspek distribusi, dan aspek konsumsi.
            Ketiga aspek ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, yang
            membawa dampak bagi hadirnya kondisi sosial ekonomi petani dan
            masyarakat Desa Prigelan.

                Kondisi  sosial ekonomi  petani dan masyarakat  Desa Prigelan
            menunjukkan  arti penting peningkatan produktivitas  dan  tingkat
            kesejahteraan para petani. Arti penting  ini  seolah  merupakan
            “buah” dari pohon kesadaran agraris yang awalnya terpecah-pecah,
            yang kemudian disatukan dalam suatu perjuangan bersama, yaitu
            menegakkan keadilan, kesejahteraan,  dan harmoni  sosial  yang
            berbasis tanah. Oleh karena itu wajar saja, bahwa yang terjadi saat ini
            bukanlah membangun kesadaran agraris, melainkan hanya sebatas
            revitalisasi kesadaran agraris.

                Optimisme tetap diletakkan pada revitalisasi kesadaran agraris,
            karena “iklim” yang ada saat ini berpotensi membawa petani Desa
            Prigelan memperoleh keberhasilan, berupa  penegakan keadilan,
            kesejahteraan, dan harmoni sosial yang berbasis tanah. Kemampuan
            para  petani  mengorganisir diri,  bangkitnya  “ideologi” agraris, dan
            adanya  pemimpin  “baru”  yang  inspiratif  merupakan  faktor-faktor
            yang patut diperhitungkan. Ketiga hal ini memotivasi petani dalam
            menggarap tanah sawah, yang merupakan pertanda adanya proses
            produksi komoditas  pertanian (padi  dan kedelai)  dalam  suatu
            periode musim tanam.
                Pada awalnya dalam  proses  produksi,  para petani  menggarap
            tanah  sawahnya  berdasarkan  keterampilan  yang diwarisi dari
            leluhurnya,  dan  dengan  menggunakan  peralatan  yang  masih
            sederhana (tradisional).  Selanjutnya  keterampilan  petani  dan
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161