Page 153 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 153
144 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
Salah satu syarat untuk mendapatkan bantuan dari Dinas
Pertanian Kabupaten Purworejo, dan instansi atau pihak lain berupa
adanya gapoktan atau gabungan kelompok tani di Desa Prigelan.
Persyaratan ini direspon oleh para petani dengan membentuk
gapoktan, dan memecah “kekuatan” petani menjadi 12 (dua belas)
bagian atau 12 kelompok tani. Selanjutnya kelompok tani di
desa ini berkembang hingga mencapai 13 kelompok tani, setelah
terbentuknya Kelompok Tani Ternak “Subur Makmur”.
Pengelompokan petani dalam 13 kelompok berpotensi memecah
kepentingan petani, sesuai dengan kepentingan masing-masing
kelompok tani. Sebagai contoh keberadaan Kelompok Tani Ternak
“Subur Makmur” Dusun Krajan Kulon, yang dikritik oleh Bambang
Herlambang (Ketua Kelompok Tani “Wonodadi”, Dusun Gamblok)
karena pengelolaan ternak sapi yang dikelola oleh kelompok ini
(di bawah kendali Gapoktan “Mekar Sari” Desa Prigelan) tidak
melibatkan warga Dusun Gamblok.
Namun demikian perbedaan kepentingan ini masih dapat
dikendalikan oleh Gapoktan “Mekar Sari” Desa Prigelan, karena
pemahaman petani tentang semangat guyub masih rekatif kuat.
Semangat guyub merupakan nilai yang dianut petani, sehingga
mampu melatar-belakangi pemikiran mereka dalam aktivitas
taninya. Oleh karena semangat guyub dan pemikiran petani,
maka pengelompokan petani dalam 13 kelompok tidak sempat
menimbulkan pertentangan yang terlalu tajam di antara kelompok
tani.
Pertentangan dapat diminimalisir, sebab para petani memiliki
rasa saling ketergantungan antara satu dengan yang lain. Saling
ketergantungan ini antara lain menumbuhkan: (1) ikatan antar
petani di Desa Prigelan, selain ikatan antara para petani dengan
tanahnya; (2) ikatan antara petani dengan kelompok taninya, yang