Page 192 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 192
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 183
tidak berkontribusi bagi terwujudnya kondisi yang adil, sejahtera,
dan harmoni (sosial).
Ketika petani Desa Prigelan berhadapan dengan kondisi
terbatasnya luas tanah sawah di desa ini, maka nilai dan ajaran yang
ada dibenaknya “dipaksa” untuk berkontribusi mengatasi hal ini.
Akhirnya muncul kehendak petani untuk menuntut perubahan atas
kondisi ini, yaitu perubahan penguasaan tanah. Petani menginginkan
penguasaan tanah yang lebih adil, yang memberi kesempatan pada
petani yang tidak memiliki tanah sawah untuk menggarap tanah
sawah. Oleh karena itu, petani memaknai kewajiban pemilik tanah
sawah untuk menyerahkan hak garap atas tanah sawah seluas 1/6 (satu
per enam) bagian tanah sawah yang dimilikinya kepada Pemerintah
Desa Prigelan sebagai sesuatu yang baik (bermanfaat bagi petani).
Kedua, adanya bidang-bidang tanah di Desa Prigelan yang
hampir lepas dari petani Desa Prigelan, saat orang dari luar Desa
Prigelan diperbolehkan membeli bidang tanah di desa ini. Saat itu
penghasilan petani Desa Prigelan berkurang, bahkan petani desa
ini hanya dapat menyaksikan (menonton) kegiatan panen di Desa
Prigelan, yang dilakukan oleh orang-orang dari luar desa ini. Oleh
karena itu, larangan bagi orang dari luar Desa Prigelan membeli
bidang tanah di desa ini merupakan sesuatu yang baik.
Larangan ini merupakan ide atau gagasan terbaik, yang dapat
diberlakukan di Desa Prigelan untuk melindungi petani desa ini.
Ide yang kemudian diberlakukan ini merupakan salah satu solusi
atas interpretasi kondisi pertanahan (pemilikan tanah) di Desa
Prigelan. Akhirnya, setelah diberlakukan terus menerus selama
bertahun-tahun, ide ini telah menjadi pandangan hidup petani Desa
Prigelan, yang dirancang untuk melindungi kepentingan petani atas
pemilikan tanah.