Page 190 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 190

Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan  181

            yang “nggamblok” (menempel  di  sisi Barat), kadang  terlupakan
            dalam hal  penerimaan bantuan  yang  disalurkan  oleh Pemerintah
            Desa Prigelan. Bambang Herlambang memberi kesaksian, bahwa
            jumlah anak yang menempuh pendidikan tinggi hanya sedikit. Saat
            ini baru  ada  dua keluarga  yang mampu menyekolahkan  anaknya
            ke pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan sulitnya kepala keluarga
            di Dusun Gamblok dalam memenuhi biaya anaknya ke pendidikan
            tinggi. Bila mereka ingin menjual tanahnya mengalami kesulitan,
            karena orang luar Desa Prigelan tidak boleh membeli tanah di Desa
            Prigelan,  sedangkan orang Prigelan  tidak ada yang mau membeli
            tanah dengan harga yang ditawarkan.

            4.  Bagi Petani

                Untuk  mengetahui pandangan petani  terhadap  strategi
            pertanahan  yang  diterapkan Pemerintah Desa Prigelan,  perlu
            diperhatikan  tiga  pendapat  Mardiyono  (petani dan warga  tertua
            di Desa Prigelan dengan usia 91 tahun), sebagai berikut: Pertama,
            adanya kewajiban  pemilik  tanah  sawah  untuk menyerahkan hak
            garap atas tanah sawah seluas 1/6 (satu per enam) bagian tanah sawah
            yang  dimilikinya kepada Pemerintah Desa Prigelan merupakan
            sesuatu yang baik. Strategi ini bermanfaat buat petani, karena telah
            memunculkan adanya tanah buruhan, yang dapat dimanfaatkan oleh
            petani yang tidak memiliki tanah sawah di Desa Prigelan. Tindakan
            inilah yang membuat masyarakat desa guyub (rukun bersatu) serta
            mampu bergotong-royong dan melaksanakan pembangunan desa.
                Mardiyono berpandangan bahwa  penyerahan hak  garap
            atas tanah sawah kepada petani yang tidak memiliki tanah sawah
            merupakan  perbuatan  yang baik. Pandangan ini menunjukkan
            pengetahuan  petani  atas  posisi  manusia sebagai  makhluk sosial,
            sehingga petani  “menuntut”  (barharap) pemilik  tanah  sawah
   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195