Page 189 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 189
180 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
petani, maka Untung dan Bambang Herlambang memaknai strategi
pertanahan tersebut, sebagai berikut: Pertama, bagi Untung
strategi pertanahan Pemerintah Desa Prigelan, terutama strategi
penguasaan tanah, merupakan sesuatu yang tidak adil. Menurut
Untung keliru, ketika strategi ini diberlakukan pada para pemilik
tanah sawah, dengan mewajibkan mereka menyerahkan hak garap
atas tanah sawah seluas 1/6 (satu per enam) bagian tanah sawah
yang dimilikinya kepada Pemerintah Desa Prigelan. Bagi Untung
strategi ini berarti yang membiaya kegiatan desa (ronda malam
dan kerjabakti) hanyalah para pemilik tanah sawah. Padahal yang
menikmati pembangunan desa bukan hanya pemilik tanah sawah,
tetapi seluruh warga desa, termasuk orang-orang kaya yang tidak
memiliki tanah sawah, tetapi memiliki usaha lain (warung, toko,
pedagang, penyedia jasa, atau pegawai) sehingga punya rumah besar
dan bagus, serta kendaraan atau mobil yang bagus.
Ketidak-adilan yang dirasakan oleh Kelompok Tani “Kunir Maju”
Dusun Kuniran didasari oleh kultur masyarakat Desa Prigelan yang
mengutamakan kebersamaan (guyub). Oleh karena itu, ketika beban
Desa Prigelan hanya dipikul atau ditanggung oleh pemilik tanah
luas, maka hal ini dipandang sebagai sesuatu yang tidak adil. Sebab
di desa ini ada pula beberapa keluarga yang tergolong kaya tetapi
tidak memiliki tanah sawah yang luas, karena hartanya berbentuk
rumah, kendaraan (mobil) dan tanah non pertanian.
Kedua, bagi Bambang Herlambang strategi pertanahan
Pemerintah Desa Prigelan, terutama strategi pemilikan tanah,
merupakan sesuatu yang menghalangi petani memperbaiki
kehidupan keluarganya. Bambang Herlambang mengkritik strategi
pemilikan tanah yang melarang orang luar Desa Prigelan membeli
bidang tanah di Desa Prigelan. Menurut Bambang Herlambang
strategi ini menyulitkan warga Dusun Gamblok yang karena letaknya