Page 184 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 184
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 175
Tanah pertanian menyediakan fasilitas bagi masyarakat Desa
Prigelan, untuk berkegiatan di bidang pertanian. Fasilitasi diberikan
setelah sebelumnya Suparmin (Kepala Desa Prigelan tahun 1946 –
1986) menetapkan strategi penguasaan tanah (pada tahun 1947),
sebagai inovasi sosial untuk mengatasi kemiskinan, serta mencegah
kesenjangan sosial dan ekonomi antara petani yang memiliki tanah
sawah dengan petani yang tidak memiliki tanah sawah. Setelah
tanah sawah dapat didistribusikan dengan lebih merata dan adil,
para petani berkesempatan untuk menggunakan teknologi yang
relatif baru di bidang pertanian.
Solusi penguasaan tanah yang digagas Suparmin bagi
kepentingan para petani di Desa Prigelan, merupakan salah satu
upaya dalam memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
Kelompok tani memandang upaya ini sesuai dengan kondisi alam
dan kemampuan masyarakat desa, sehingga dapatlah dikatakan
bahwa strategi penguasaan tanah yang digagas Suparmin merupakan
paduan optimalisasi sumberdaya alam (tanah) dengan sumberdaya
manusia (petani).
Kedua, strategi pemilikan tanah, yaitu melarang orang yang
bukan warga Desa Prigelan membeli bidang tanah di Desa Prigelan.
Strategi ini bermanfaat bagi petani, karena dapat melindungi petani
Desa Prigelan dari kehilangan kesempatan menggarap tanah sawah.
Kehilangan kesempatan dapat dicegah, karena hanya petani Desa
Prigelan-lah yang berkesempatan mengolah dan menggarap tanah
sawah di Desa Prigelan.
Tanah sawah di Desa Prigelan telah menopang kehidupan
para petani dan keluarganya, sehingga wajarlah ketika orang yang
bukan warga Desa Prigelan dilarang membeli bidang tanah di
desa ini. Strategi ini merupakan pilihan yang diambil oleh Kepala
Desa Prigelan dari masa ke masa, untuk melindungi bidang tanah