Page 181 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 181
172 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
Strategi pertanahan yang telah disesuaikan dengan kondisi
kekinian Desa Prigelan inilah yang membawa perkembangan yang
baik bagi desa ini. Meskipun keadilan, kesejahteraan, dan harmoni
sosial belum sepenuhnya diraih, tetapi “jalan” yang ditempuh adalah
jalan yang benar. Proses evolusi strategi pertanahan tahun 1947 terus
terjadi, dari yang awalnya sederhana (hanya strategi penguasaan
tanah) menuju yang lebih kompleks (strategi pemilikan, penggunaan,
dan pemanfaatan tanah). Pembagian tugas terjadi antara Pemerintah
Desa Prigelan, Gapoktan “Mekar Sari”, kelompok-kelompok
tani, dan para petani. Masing-masing pihak mendukung strategi
pertanahan, seraya menjalankan fungsi sebagai pemberi penjelasan
pada pihak manapun yang membutuhkan informasi tentang strategi
pertanahan. Proses transformasi terjadi di Pemerintah Desa Prigelan,
Gapoktan “Mekar Sari” Desa Prigelan, kelompok-kelompok tani, dan
para petani dalam porsinya masing-masing.
Sebagai contoh transformasi yang dialami oleh Kelompok Tani
“Karya Tani II” yang semakin mendukung strategi pertanahan.
Dukungan diberikan berdasarkan makna yang diberikan pada
strategi pertanahan Pemerintah Desa Prigelan sebagai sesuatu yang
bermanfaat untuk petani, contoh: Pertama, strategi penguasaan
tanah, yaitu memberikan hak garap atas tanah sawah seluas 60 ubin
bagi petani yang tidak memiliki tanah sawah. Strategi ini bermanfaat
bagi petani, karena memberi kesempatan kepada petani yang
tidak memiliki tanah sawah, untuk menggarap tanah sawah dan
memperoleh hasil panen atas tanah sawah yang digarapnya.
Kesempatan yang diberikan kepada petani yang tidak memiliki
sawah, membawa konsekuensi berupa hasil proses perubahan
yang terus menerus dipertahankan dari generasi ke generasi.
Kondisi inilah yang oleh kelompok tani dipandang sebagai makna
strategi penguasaan tanah, yang didorong oleh kekuatan dari