Page 106 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 106
Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah 93
dan hormat terhadap nilai-nilai sosial budaya dan tradisi
keagamaan masyarakat setempat; Kelima, memperhatikan
perjanjian, peraturan, perundang-undangan baik ditingkat
nasional maupun internasional (Sitorus, 2014:10).
Beberapa prinsip ecotourism ini, dapat diterapkan di
wilayah Lereng Merapi oleh masyarakat setempat, dengan
memanfaatkan konsep “imitasi” (meniru), yaitu proses meniru
atau mencontoh kegiatan ecotourism yang telah sukses di
wilayah lain. Imitasi juga meliputi proses belajar masyarakat
Lereng Merapi, yang memanfaatkan tokoh lokal atau tokoh-
tokoh regional yang memiliki pengetahuan dan pengalaman
ecotourism. Sementara itu, masyarakat juga dapat menjadikan
tokoh-tokoh regional yang bergerak di sektor ecotourism,
sebagai model yang dapat ditiru kemampuannya mengelola
ecotourism.
Berkaitan dengan posisi ecotourism dalam pasar wisata,
Stradas (2001) dalam salah satu publikasi WTO (World Trade
Organization) menjelaskan, bahwa pasar wisata terdiri dari 4
(empat) elemen, yaitu: wisata budaya, wisata rural (perdesaan),
wisata alam, dan wisata kesehatan. Sementara itu, wisata alam
terdiri dari: ecotourism dan wisata petualangan (adventure).
Stradas juga menjelaskan, bahwa ecotourism merupakan
bagian dari wisata alam, yang memiliki keterkaitan dengan
wisata budaya dan wisata rural.
Keterkaitan antara ecotourism (bagian dari wisata alam)
dengan wisata budaya dan wisata rural, menjadi basis teoritik
(konseptual) bagi optimisme masyarakat Lereng Merapi,
yang ingin melakukan optimalisasi pemanfaatan kondisi