Page 107 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 107
94 Aristiono Nugroho dan Sutaryono
alam, ekonomi, sosial, dan budaya. Dengan demikian terjadi
penguatan optimisme masyarakat Lereng Merapi, yang
memicu semangat individual dan kolektif mereka. Atribut-
atribut seperti usia, status sosial, jenis kelamin, dan lain-lain
tidak mampu menghalangi optimisme yang muncul. Bahkan
masyarakat mampu memperbaiki karakter individualnya yang
mengarah pada sifat “hangat” dan kompeten, sehingga lebih
kompatibel terhadap kegiatan ecotourism.
Karakter individual yang hangat dan kompeten
memudahkan penerapan 5 (lima) prinsip dasar pengembangan
ecotourism di Indonesia (lihat UNESCO, 2009:18-20), yaitu:
Pertama, prinsip pelestarian, yang memberi arahan agar
kegiatan ecotourism yang dilakukan tidak menimbulkan
kerusakan dan pencemaran lingkungan dan budaya setempat.
Salah satu cara menerapkan prinsip ini adalah dengan
menggunakan sumberdaya lokal yang hemat energi dan
dikelola oleh masyarakat setempat. Selain itu, wisatawan juga
harus menghormati dan turut serta dalam pelestarian alam
dan budaya pada daerah yang dikunjunginya. Lebih baik lagi,
bila sebagian pendapatan dari kegiatan ecotourism digunakan
untuk kegiatan pelestarian di tingkat lokal. Misalnya sekian
persen dari pendapatan dikontribusikan untuk membeli
tempat sampah, dan membayar orang yang akan mengelola
sampah dan kebersihan.
Kedua, prinsip pendidikan, yang memberi arahan
agar kegiatan ecotourism yang dilakukan berkontribusi dan
mampu memberi pendidikan pada masyarakat setempat,
para wisatawan, dan masyarakat secara luas. Salah satu cara