Page 112 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 112
Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah 99
karena: Pertama, meningkatkan pendapatan masyarakat,
membuka kesempatan kerja, mendorong munculnya kegiatan-
kegiatan penunjang, dan kegiatan sampingan lainnya. Kedua,
memperkenalkan dan mendayagunakan potensi lingkungan
di dusun-dusun tersebut, yang meliputi: kondisi alam, sosial,
ekonomi, dan budaya.
Keuntungan yang diperoleh masyarakat dan pemerintah
dusun, sebagai akibat dilaksanakannya ecotourism,
merupakan bentuk pertukaran sosial yang dapat terjadi
di Lereng Merapi. Homans (dalam Ritzer, 2009:458)
menjelaskan, bahwa perilaku sosial adalah hasil pertukaran
aktivitas dan kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing
individu, karena adanya pilihan rasional pada diri mereka
yang pertimbangannya, antara lain: (1) individu memberi
apa? (2) individu mendapatkan apa? dan (3) apakah hal itu
menguntungkan, atau tidak menguntungkan bagi individu?
Pilihan rasional yang menjadi pertimbangan individu
sebagaimana dimaksud oleh Homans, secara faktual mewujud
dalam diri anggota masyarakat (individu) di Lereng Merapi.
Selain itu juga telah diketahui, bahwa pariwisata di Lereng
Merapi merupakan fenomena kekinian yang dibangun atas
dasar kebutuhan wisatawan (penikmat lingkungan), yang
gemar meningkatkan kesehatan melalui udara pegunungan
yang sejuk dan menyegarkan. Para wisatawan ini juga gemar
membangun kesadaran dan kecintaannya pada kondisi alam,
sosial, ekonomi, dan budaya di Lereng Merapi. Kesadaran
dan kecintaan inilah yang kemudian membuka peluang
bagi dikembangkannya pariwisata berkelanjutan di Lereng