Page 113 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 113
100 Aristiono Nugroho dan Sutaryono
Merapi. M.P. Gunawan, dkk (2000) menegaskan, bahwa
pariwisata berkelanjutan merupakan bentuk pariwisata yang
mengintegrasikan pertimbangan ekonomi, sosial, budaya dan
lingkungan (kondisi alam).
Pariwisata berkelanjutan (dalam hal ini, ecotourism)
yang dilaksanakan di Lereng Merapi mampu mengkonstruksi
interaksi antar individu yang melakukan pertukaran
kepentingan. “Hukum” dasarnya adalah imbalan dan
keuntungan yang akan didapat oleh individu yang melakukan
pertukaran. Sebagaimana telah diketahui, pertukaran sosial
yang terjadi antar individu tidak berjalan statis, karena tidak
selamanya individu mendapatkan keuntungan dari proses
pertukaran sosial. Oleh karena itu, menurut Homans (dalam
Ritzer, 2009:458) ada beberapa proposisi (alasan argumentatif)
yang perlu mendapat perhatian dalam pertukaran sosial, yaitu:
(1) proposisi sukses; (2) proposisi stimulus; (3) proposisi nilai;
(4) proposisi kelebihan dan kekurangan; (5) proposisi agresi-
pujian; dan (6) proposisi rasionalitas.
Ketika ecotourism di Lereng Merapi dikembangkan,
maka proposisi dalam pertukaran sosial harus mendapat
perhatian yang memadai. Sebagai contoh: Pertama, perlu ada
jaminan, bahwa ecotourism akan memberi kesuksesan pada
masyarakat dan pemerintah dusun setempat; Kedua, perlu
ada jaminan, bahwa stimulus akan diberikan oleh pemerintah
daerah, agar ecotourism di Lereng Merapi dapat berkembang;
Ketiga, perlu ada jaminan, bahwa ecotourism memuat nilai-
nilai yang membawa kebaikan bagi kondisi alam, ekonomi,
sosial, dan budaya di Lereng Merapi; Keempat, perlu ada