Page 243 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 243

230   Aristiono Nugroho dan Sutaryono

            kondisi alam dan budaya masyarakat setempat.
                Berkaca  dari contoh-contoh  tersebut  (MIC  Sanur dan
            Bajo Komodo Ecolodge), maka ecotourism Lereng Merapi yang
            mendasarkan  pada  eksotisme  dan  kesejukan  Lereng Merapi,

            lava tour, agrowisata, keramahan  masyarakat  pedesaan  yang
            dipadu  dengan  tradisi dan  budaya  yang khas, merupakan
            sebuah keniscayaan bagi solusi yang menghidupkan sumber-
            sumber  penghidupan  masyarakat  pasca  bencana. Walaupun
            demikian  tetap  harus  diperhatikan  pesan  N. Ramly  (2007)
            yang menyatakan, bahwa   kualitas  lingkungan  dalam  arti
            luas  meliputi sumberdaya  alam  dan  buatan, yang memiliki

            hubungan  kompleks  dengan  berbagai aktivitas. Uniknya,
            ketika hubungan ini melibatkan berbagai aktivitas, ternyata ia
            dapat menimbulkan dampak positif dan dan dampak negatif.
                Sebaliknya, menurut Kurnianto (2008:83) pembangunan
            alternatif  berorientasi  pada   usaha   menghilangkan
            marginalisasi masyarakat, dan justru memperkuat sektor yang

            dikelola masyarakat. Pada aras ini, maka pembangunan yang
            berbasis masyarakat (community based development) relevan
            untuk diimplementasikan. Pembangunan berbasis masyarakat
            bermuara pada upaya pelayanan manusia (community based
            human services), sehingga  ia  sekaligus  merupakan  antitesis
            atas  pembangunan  yang dibimbing oleh  negara  (state-led
            development), dan bukan pula pembangunan yang digerakkan

            oleh pasar (market driven development).
                Collier, Soentoro, Wiradi, dan  Makali (dalam  Wiradi,
            2009:47) menyatakan, bahwa     kemampuan    daya   serap
            (absortive capacity) dari sawah-sawah para petani di Jawa yang
   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248