Page 239 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 239
226 Aristiono Nugroho dan Sutaryono
tetap memperhatikan: Pertama, nilai-nilai adat istiadat,
norma, dan agama yang berlaku di Lereng Merapi. Kedua,
kelestarian budaya dan lingkungan di Lereng Merapi. Ketiga,
keberlanjutan kegiatan usaha pariwisata sehingga dapat
meningkatkan perekonomian (UNESCO, 2009:13)
Berbekal segenap kemampuannya, maka strategi
optimalisasi sumberdaya budaya, yang telah dilakukan oleh
masyarakat, antara lain: (1) masyarakat Dusun Pangukrejo,
yang berkarakter pelestari kearifan spiritual, memiliki
strategi pengembangan berupa upaya mempertahankan
ritual “labuhan” yang tempat pemberhentiannya terletak di
Dusun Pangukrejo. Strategi ini relevan, karena sesuai dengan
keyakinan masyarakat setempat, sehingga berpotensi untuk
dilestarikan dari generasi ke generasi;
(2) masyarakat Dusun Pelemsari, yang berkarakter
pelestari kearifan historikal, memiliki strategi pengembangan
berupa pelestarian situs-situs bersejarah, seperti petilasan
Mbah Maridjan yang merupakan tempat Mbah Maridjan
hidup sampai meninggal dunia, dan Joglo Hargo Merapi
yang merupakan tempat diberangkatkannya “ritual labuhan”.
Strategi ini relevan, karena memiliki koneksi dengan strategi
Dusun Pangukrejo yang ingin melestarikan ritual labuhan,
sedangkan tempat pemberangkatan ritual labuhan berada di
dusun ini (Dusun Pelemsari);
(3) masyarakat Dusun Petung, yang berkarakter pelestari
kearifan ekologikal, memiliki strategi pengembangan berupa
pelestarian tradisi “Dandan Kali” pada setiap Jum’at Kliwon
pada Bulan Ruwah Tahun Hijriah. Strategi ini relevan, karena