Page 234 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 234

Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah  221

              kini dan di masa mendatang (prospektif);
                  (5)  masyarakat  Dusun  Jambu, yang memiliki karakter
              tradisional dinamis, memiliki strategi berupa pengembangan
              sikap  siap  menghadapi berbagai perubahan  yang terkait

              dengan dinamika Gunung Merapi. Strategi ini relevan, karena
              situasi serta  kondisi alam, ekonomi, dan  sosial di Lereng
              Merapi berubah-ubah, sehingga  membutuhkan  respon  yang
              memadai pada  setiap  perubahannya. Selain  relevan, strategi
              ini juga akan menghasilkan kegiatan yang berbeda-beda, yang
              menarik untuk disajikan (dijelaskan) kepada para wisatawan;

                  (6)  masyarakat   Dusun    Kopeng,   yang  memiliki
              karakter  tradisional sederhana, memiliki strategi berupa
              mempertahankan   gaya  hidup  sederhana  yang selama  ini
              menjadi pilihan sosialnya. Strategi ini relevan, karena sesuai
              dengan  style  (gaya  hidup) masyarakat  setempat. Selain
              relevan, strategi yang akan  menghasilkan  kegiatan  atau
              tampilan  tertentu  (dalam  nuansa  kesederhanaan) ini, layak

              dipromosikan sebagai salah satu objek wisata, sebab saat ini
              kesederhanaan merupakan hal menarik bagi para wisatawan.
                  Strategi pengembangan  bagi optimalisasi pemanfaatan
              kondisi sosial, yang telah   dilakukan  oleh  masyarakat

              tidaklah berdiri sendiri, karena strategi ini dijalankan seraya
              memperhatikan   strategi pengembangan  bagi optimalisasi
              pemanfaatan kondisi alam, ekonomi, dan budaya. Landasan
              pikirnya  adalah  etika  lingkungan, yang meskipun  tidak
              diutarakan secara verbal oleh masyarakat, tetapi “dilisankan”
              dengan   perbuatan  atau  tindakan.  A.S.  Keraf  (2001)
              mengungkapkan, bahwa    ada  sembilan  prinsip  dalam  etika
   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239