Page 55 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 55

42    Aristiono Nugroho dan Sutaryono

            konsolidasi tanah membutuhkan partisipasi masyarakat, baik
            pada proses penataan bidang tanah maupun pengadaan tanah
            untuk berbagai kepentingan masyarakat.
                Dalam  konteks  yang lebih  luas, konsolidasi tanah  tidak

            hanya  sekedar  sebagai penataan  bidang tanah  saja, tetapi
            juga  merupakan  instrumen  penataan  wilayah, baik  wilayah
            perkotaan, perdesaan  maupun  wilayah  bencana. Dengan
            demikian penataan tanah dan wilayah dapat dilakukan melalui
            model land consolidation dan land readjustment (Sutaryono,
            2007), yang memiliki karakteristik: (1) pembangunan wilayah
            secara komprehensif dengan cakupan penggunaan lebih luas

            (ekstensif); (2) distribusi manfaat  dan  biaya  pembangunan
            lebih  adil; (3) adanya  perlindungan  terhadap  hak-hak
            atas  tanah; (4) adanya  partisipasi pemilik  tanah  dan  yang
            menguasai tanah; (5) adanya perlakuan yang sama dan tidak
            membedakan prosedur terhadap peserta proyek; (6) bidang-
            bidang tanah  tertentu  disediakan  untuk  bangunan  tertentu;
            (7) pembiayaan proyek berasal dari penjualan tanah kelebihan
            peserta  proyek; (8) penghitungan  keuangan  bagi setiap
            peserta  proyek  dilakukan  setelah  proyek  berakhir  (Katsuaki

            Takai, 2005:1-2).
                Gambar   berikut  mengilustrasikan  kondisi sebelum
            dilakukan konsolidasi tanah dan setelah dilakukan konsolidasi
            tanah:
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60