Page 59 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 59
46 Aristiono Nugroho dan Sutaryono
secara sadar memperlihatkan reiication terhadap collective
consciousness.
Kesadaran dan kepentingan bersama ini layak
diperjuangkan, karena konsolidasi tanah memiliki relevansi
dengan pengelolaan pertanahan yang memiliki nuansa
kebencanaan. David Mitchell (2011:43) mengungkapkan,
bahwa ada aktivitas yang diperlukan dalam menurunkan
issue pertanahan setelah terjadinya bencana, yaitu: Pertama,
pada tahap prevention, maka aktivitas yang perlu dilakukan
antara lain memukimkan kembali masyarakat secara sukarela,
agar (bila memungkinkan) berada tidak jauh dari lokasi
semula (wilayah bencana). Pada tahap ini konsolidasi tanah
sudah layak dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif,
yang memungkinkan penataan pemukiman kembali bagi
masyarakat.
Kedua, pada tahap mitigation, maka aktivitas yang
perlu dilakukan antara lain: (1) memetakan bencana dan
perhitungan resikonya, (2) mendidik masyarakat agar dalam
konteks hak atas tanah mampu tinggal di lokasi yang tidak
jauh dari lokasi bencana, (3) menyimpan data pertanahan
secara aman agar tidak terkena dampak bencana. Pada tahap
ini konsolidasi tanah sudah dapat diperkenalkan lebih intens
kepada masyarakat, terutama yang berkaitan dengan penataan
penguasaan dan pemilikan tanah.
Ketiga, pada tahap preparedness, maka aktivitas yang
perlu dilakukan antara lain: (1) membangun kebijakan
pertanahan dan kerangka pengakuan legal yang didasari pada
proses konsultatif dan partisipatori, (2) membangun master