Page 80 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 80
Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah 67
ketika beberapa anggota masyarakat menerima konsolidasi
tanah, tetapi dengan meminta terlebih dahulu dilakukan
perubahan pada tata cara pelaksanaannya; Ketiga, ritualisme
(ritualism), yaitu suatu keadaan ketika beberapa anggota
masyarakat tidak sepakat dengan tujuan konsolidasi tanah,
tetapi dapat menerima tata cara pelaksanaannya; Keempat,
retreatisme (retreatism), yaitu suatu keadaan ketika beberapa
anggota masyarakat tidak sepakat dengan tujuan konsolidasi
tanah, dan menolak tata cara pelaksanaannya.
Berdasarkan pengamatan ketika penyuluhan, diketahui
bahwa pada umumnya respon masyarakat berada pada
tataran konformitas. Sementara itu, karena adanya situasi
dan kondisi alam yang khas Lereng Merapi, maka ada
beberapa anggota masyarakat yang mengekspresikan tataran
inovasi dan ritualisme. Khusus mengenai tataran retreatisme
tidak dijumpai dalam pelaksanaan konsolidasi tanah di
Lereng Merapi. Hasil pemetaan ini berguna sebagai bahan
pertimbangan untuk melanjutkan kegiatan pada tahapan
selanjutnya, yang pada dasarnya memuat “pesan” tentang
pentingnya komunikasi dalam penyelesaian masalah.
Setelah terlibat dalam kegiatan penyuluhan pada
beberapa dusun di Desa Umbulharjo dan Desa Kepuharjo,
PPPM STPN berpartisipasi dalam kegiatan Supervisi dan
Monitoring Konsolidasi Tanah: “Pembinaan Pengumpulan
Data I Subjek dan Objek K Tanah”
tanggal 6 Mei 2014, yang dilaksanakan di Hotel Griya Persada,
Sleman. Pada kegiatan ini para tokoh masyarakat setempat,
ketua dan anggota Pokmasdartibnah (Kelompok Masyarakat