Page 157 - Mozaik Rupa Agraria
P. 157

Tentang problem kapasitas hukum dan kepemilikan aset.
               Mengenai  kapasitas  hukum atau cakap dan  tidak cakap
           secara hukum, dalam Undang-Undang No 8 Tahun 2016 tentang
           penyandang disabilitas diatur dalam pasal 32 yang menyatakan
           bahwa  Penyandang  Disabilitas  dapat  dinyatakan  tidak  cakap
           berdasarkan  penetapan  pengadilan  negeri.  Merujuk pada
           penjelasan pasal 32, dapat diketahui bahwa yang dimaksud tidak
           cakap antara lain adalah orang yang belum dewasa dan atau di
           bawah pengampuan. Adapun mekanisme pengampuannya diatur
           dalam pasal 33 dari ayat 1 sampai dengan ayat 4. Mekanisme yang
           persis  sama  dengan norma yang  terdapat  dalam KUH Perdata.
           Dari rumusan pasal inilah dapat disimpulkan bahwa pembentuk
           Undang-Undang No 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas
           memang sepenuhnya  mengadopsi  sistem  pengampuan  yang
           terdapat dalam KUH Perdata.

               Didalam KUH Perdata menjelaskan  tentang  pengampuan
           bahwa : “Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan
           dungu,  gila  atau  mata  gelap,  harus ditempatkan  di  bawah
           pengampuan,  sekalipun  ia  kadang-kadang  cakap  menggunakan
           pikirannya.  Seorang dewasa boleh juga ditempatkan  di  bawah
           pengampuan karena  keborosan.” Pasal 433 KUH Perdata  yang
           mengatur  mengenai  pengampuan.  Dalam  pasal  yang  lain,
           disebutkan bahwa :

               “Yang tak cakap untuk membuat persetujuan adalah: 1. anak
           yang belum dewasa; (KUHPerd. 330, 419 dst., 1006, 1446 dst.) 2.
           orang  yang  ditaruh di  bawah pengampuan;  (KUHPerd.  433  dst.,
           446  dst., 452, 1446  dst.) 3.  perempuan yang  telah  kawin  dalam
           hal-hal  yang  ditentukan  undang-undang,  dan  pada  umumnya
           semua orang yang oleh undang-undang dilarang untuk membuat
           persetujuan tertentu.”





           144    Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162