Page 168 - Mozaik Rupa Agraria
P. 168
Juli” lanjut pendiri dan pengasuh Sanggar Kuncup Melati Mandiri
(SKMM) di Parangtritis ini.
Bagi Sarijan (51) yang ditemui seusai mencari rumput (25
Februari 2020), keberadaan SKMM penting karena anak-anaknya
bisa terbantu saat kesulitan memahami pelajaran di sekolah
maupun menghadapi situasi pascagusuran, lewat SKMM anak-
anak juga terdidik akhlaknya di tengah kepungan bisnis hiburan
malam yang mencemaskan.
Tahun 2007-2016 keluarga Sarijan langganan pindah paksa,
meskipun mereka warga asli Grogol VII, Parangtritis, Kretek,
Bantul.
Dampak Penggusuran
Bersama adik mereka Tampan (7), Nakula (14) dan Sadewa
(14) menyaksikan penggusuran terhadap rumah berdinding
bambu 4 x 6 m yang mereka huni di gumuk pasir pada 2016, saat
sepasang kembar itu duduk di kelas 5 dan 6 SD, sementara adiknya
belum TK.
“Kalo lihat bego (alat berat) jadi ingat gusuran yang dulu-
dulu, jadi sedih, jadi malas ngapa-ngapain,” ungkap Nakula yang
kini duduk kelas 8 SMPN 2 Kretek (26 Februari 2020).
Nakula aktif di SKMM 2016-2018, sebelum sanggar itu
vakum karena kekurangan relawan pengajar. Menurut Nakula,
kegiatan di SKMM berangsur-angsur membuatnya terhibur dan
tidak teringat-ingat lagi kehilangan tempat berlindung. Ia tetap
semangat belajar dan membantu orangtuanya membuat arang,
memasak, dan merawat peliharaan. Nakula menyukai IPA dan
ingin masuk SMK jurusan Ilmu Komputer. Ia tak ingin mengalami
penggusuran lagi.
Hak Asasi Manusia dan Agraria 155