Page 292 - Mozaik Rupa Agraria
P. 292

adat. Batas,  yang  melahirkan  ruang,  menjadi  penanda  banyak
           hal:  klaim,  akses, kekuasaan ,  contoh  sederhana  warga  negara
                                      3
           Indonesia  tidak  boleh memasuki  wilayah Malaysia  tanpa ijin.
           Ruang pun dibutuhkan untuk aktivitas  mengetahui, setidaknya
           kita mendahului  belajar  dengan istilah  definisi  (batasan).
           Sehingga,  wajar  jika  para  pencipta  definisi  memegang  otoritas
           keilmuan.

               Lalu, apa itu isi ruang?
               Meminjam diskursus ekologi, isi ruang tak lain adalah materi
           dan  relasi-relasi intermateri. Materi bisa berupa biotik (benda
           hidup)  dan  abiotik (benda  tak hidup).  Contoh benda hidup:
           organisme. Contoh benda tak hidup: cahaya, udara, unsur hara,
           dan air. Tanpa unsur abiotik, benda hidup tak dapat melanjutkan
           kehidupannya. Tanpa  unsur biotik, benda  tak hidup  tak  punya
           makna. Bukankah sebentang pasir besi tetaplah sebentang pasir
           besi sebelum  manusia  memaknainya sebagai sumber ekonomi?
           Bukankah air menjadi seksi ketika diperebutkan dalam dua opsi:
           menopang  hidup beberapa  generasi  atau  sebuah korporasi?
           Senada dengan Mubyarto , Marx  menandai keberadaan hubungan
                                  4
                                        5
           material dan hubungan kerja dalam relasi ruang seisinya (agraria),
           yang dapat dikembangkan tak semata dalam wacana kepemilikan/
           penggunaan  dan persewaan/penguasaan.  Agraria  tak  hanya
           sekedar memiliki, menggunakan, menyewa,  dan menguasai,


           3   Saya  menyarankan pembaca untuk  menikmati  film  Life of Pi  (2012)  untuk  sekedar
               menajamkan pemahaman tentang apa itu ruang dan relasinya dengan kekuasaan, terselip
               pesan: jangan pipis sembarangan.
           4   “Secara garis besar, Mubyarto membagi masalah pokok agraria menjadi dua, yaitu pertama,
               masalah yang menyangkut hubungan antara manusia dengan tanah (dalam hal ini adalah
               hubungan  pemilikan  dan  penggunaan). Dan  kedua, masalah yang kemudian berkembang
               menjadi hubungan antar-orang mengenai tanah (dalam hal ini adalah hubungan persewaan
               dan penguasaan).” Lihat: Tarli Nugroho. 2010. Mubyarto dan Ilmu Ekonomi yang Membumi,
               dalam  Endriatmo  Soetarto  (ed.),Pemikiran  Agraria  Bulaksumur.  Yogyakarta:  STPN  Press-
               Sajogyo Institute, hal 287.
           5   Hubungan-hubungan agraria yang bekerja dalam sistem sosial sesungguhnya mencerminkan
               hubungan material  antara  subyek  dengan  ruang  beserta isinya  dan hubungan  sosial
               intersubyek yang disebabkan oleh kerja (mode of production) atas ruang tersebut. Lihat: Dede
               Mulyanto. 2011. Antropologi Marx. Bandung: Ultimus hal 8

                                      Deagrarianisasi dan Reforma Agraria  279
   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296   297