Page 294 - Mozaik Rupa Agraria
P. 294

perampas memanen perlawanan, siapa yang salah? Perampas atau
           terampas?
               Apa ruang  hidup petani?  Apa ruang  hidup  nelayan?  Apa
           ruang hidup buruh/kaum miskin kota?  Samakah ketiganya?
                                                   11
           Kapan mereka bertemu dalam isu ruang hidup dan kapan mereka
           berpisah?

               Sebidang lahan,  bagi  petani,  tak hanya  diolah namun
           juga  ditempati. Sebuah  sampan,  bagi nelayan,  tak hanya  alat
           transportasi  tetapi juga instrumen  perburuan  rejeki. Sebuah
           pabrik,  bagi buruh,  tak hanya  sumber  ekonomi  tetapi  juga
           identitas profesi.  Ruang  hidup dan  sumber  penghidupan,
           keduanya bertemu dalam makna agraria ketika tanah; samudera;
           dan alat produksi tak tergantikan. Melalui mekna inilah saya akan
           mencoba  mendekati  isu agrarian di  dalam  kehidupan  petani;
           nelayan; dan buruh/kaum miskin kota.
               Namun  demikian,  agak  serampangan  jika  menyamakan
           begitu  saja dinamika  sosial/kebudayaan  petani,  nelayan, dan
           buruh dalam wacana agraria,  mentang-mentang ketiganya
           adalah  korban dalam  perebutan  ruang  hidup  seisinya dengan
           sekelompok manusia beridentitas lain (biasanya  penyelenggara
           kekuasaan dan pemodal). Benar bahwa ruang hidup dan sumber
           penghidupan melekat pada ketiganya, namun dalam hal apakah
           ‘agraria’ diargumentasikan untuk dipertahankan oleh ketiganya,
           boleh  jadi berbeda  menurut  identitas  kebudayaan  petani;
           nelayan;  dan buruh; karena—menurut  saya,  nelayan mewakili



           11   Apa agraria-nya  petani?  Apa agraria-nya  nelayan?  Apa agraria-nya  buruh?  Pertanyaan
               terakhir perlu perumusan lebih lanjut, mengingat isu buruh dan agraria rawan diabaikan;
               bahkan dipertentangkan dengan subyek dari pertanyaan pertama. Kenyataan, baik petani
               nelayan dan buruh menempati posisi korban dalam ekonomi politik berbasis agraria. Jika
               diurutkan dalam kesejarahan, nelayan mungkin mewakili tradisi perburuan lengkap dengan
               watak nomad; petani mungkin mewakili tradisi budidaya dengan watak menetap; dan buruh
               mungkin mewakili budaya produksi dengan watak alienasi. Namun, ketiganya sama-sama
               terjerat ketergantungan  dalam  skema  ekonomi  politik  yang  sama (Kapitalisme).  Dalam
               banyak kasus, petani beralih menjadi buruh ketika bercerai dengan tanah.

                                      Deagrarianisasi dan Reforma Agraria  281
   289   290   291   292   293   294   295   296   297   298   299