Page 297 - Mozaik Rupa Agraria
P. 297
Komisi-komisi tersebut menggambarkan hirarki penguasaan
sumberdaya. Artinya, globalisasi menempatkan negara maju
sebagai pusat (core) dan negara berkembang sebagai pinggiran
(periphery). Peran pusat terhadap pinggiran bersifat hegemonik.
Ketika aturan main sepihak ini disepakati oleh nelayan, maka
nelayan kehilangan mata pencaharian.
b. Agraria bagi Petani
Mengingat catatan mengenai kehidupan nelayan yang kental
dengan wacana agraria sulit diperoleh, saya akan mendekatinya
dengan perbandingan yang relatif terbedakan karakternya.
Berikut saya akan memulai dengan menguraikan perbedaan
agrarian culture dari pola pertanian intensive dan pola ‘pertanian’
yang dekat dengan tradisi survival.
Julian Steward (1955) , seorang pakar Antropologi Ekologi,
13
mengemukakan bahwa manusia dan ekosistem berhubungan
secara timbal balik dalam membentuk kebudayaan. Terinspirasi
oleh Steward, menggunakan Teori Adaptasi, melalui karya
klasiknya yang menjadi literatur wajib bagi para antropolog dan
sosiolog penganjur modernisasi, yaitu Involusi Pertanian, Clifford
Geertz (1983) memerikan dengan cantik mengapa penghuni
Pulau Jawa cenderung untuk mencetak sawah daripada membuka
ladang berpindah yang umum dijumpai di luar Pulau Jawa.
Sebagai daratan dengan umur geologi muda, di Pulau Jawa
lazim terdapat gunung-gunung berapi disertai sungai-sungai
dengan kontur yang landai, sehingga untuk memanfaatkan unsur
hara dari dalam bumi (agar dapat dikandung oleh tanaman),
manusia Jawa hanya perlu membuat tempat-tempat penampungan
air yang kemudian disebut sebagai sawah. Pola menetap dan
13 Steward, Julian. 1955. Theory of Culture Change, Urbana. University of Illinois Press
284 Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang