Page 372 - Mozaik Rupa Agraria
P. 372

seperti adu tarik tambang. Sama-sama kuat, sama-sama tak mau
           menyerah.
               Saya sekarang tahu apa bedanya Rakyat Pejuang dan Pejuang
           Rakyat.  Rakyat  Pejuang  adalah  rakyat  yang  memperjuangkan
           nasibnya, sedangkan Pejuang Rakyat adalah orang yang sedang
           memperjuangkan nasib  rakyat. Koran-koran  dan  televisi
           membuat  penampilan Pejuang  Rakyat  persis Rakyat Pejuang,
           seolah-olah Pejuang Rakyat mewakili Rakyat Pejuang  segenap-
           genapnya, tampil paling depan dalam setiap liputan. Tentu saja
           tidak mungkin kalau  Kang  Saimin dan  saya  yang  muncul  di
           koran-koran atau televisi, kami ini tidak pintar bicara dan lusuh.
           Pejuang Rakyat sebenarnya rakyat juga kalau penduduk Indonesia
           digolongkan  jadi pemerintah  atau  penguasa  dan  rakyat,  tetapi
           Pejuang Rakyat jauh di sana, tidak menanggung apa yang Rakyat
           Pejuang tanggung, tidak pernah benar-benar menjadi rakyat, dan
           punya kesempatan lari andai merasa bosan atau gagal.

               Kang Gunarto kini terkenal di mana-mana. Namanya tertera
           di buku-buku Mas Kevin, di blognya Mas Phitut, di cerita panjang
           Mbak Diah, di laporan tugas akhir Mas Dahlan, di film-film Mas
           Dendi dan Mbak Dinda, di lukisan Mas Fatah yang dipamerkan
           di luar negeri. Ucapannya  dikutip  di koran-koran,  wajahnya
           beberapa kali muncul di layar televisi. Setiap selesai bicara selalu
           disusuli tepuk tangan pendengarnya. Kang Gunarto kebanggaan
           mereka bersama. Artis yang bersinar di antara nasib kaum melarat
           yang kelam. Rakyat Pejuang yang hendak diubah menjadi Pejuang
           Rakyat. Ibarat wayang kulit, Kang Gunarto sudah dimasukkan ke
           kotak tapi seolah-olah masih dilakonkan.

               Andai saja saya jadi Kang Gunarto, untungnya saja tidak. Saya
           pasti akan sibuk pergi ke sana ke mari, angkringan akan terlantar,
           ditinggalkan para pelanggan.  Orang-orang pintar  itu tentu saja
           akan pergi setelah tujuan mereka tercapai. Kang Gunarto bercerita,



                                         Gerakan dan Perjuangan Agraria  359
   367   368   369   370   371   372   373   374   375   376   377