Page 388 - Mozaik Rupa Agraria
P. 388
kepada para buruh? Juragan merasa punya kehendak bebas untuk
membagi atau tidak membagi kekayaan, dan ia memilih untuk
tidak membaginya. Apakah di alam sosial hukum alam yang
bekerja di alam fisik tak berdaya di hadapan kehendak bebas yang
sama sekali bukan materi (murni ide)? Ya. Lalu apa yang harus
dilakukan agar peristiwa di alam sosial selaras hukum alam?
Materialisme Dialektis menawarkan gerak pembalikan situasi yang
kemudian lazim dikenal sebagai perlawanan, perjuangan kelas,
atau revolusi—ibarat bumi yang ‘menolak tunduk sepenuhnya’
pada gravitasi matahari dengan cara menjaga jarak dengannya
dalam lintasan revolusi. Di tangan Materialisme Dialektis,
kehendak bebas produk Idealisme ‘dibajak’ menjadi daya gerak
3
menuju keseimbangan dinamis.
Bagi Shifu Mao, Hukum Kontradiksi yang bekerja baik di alam
sosial maupun alam fisik penting untuk disadari sebagai kenyataan
yang abadi dan melahirkan daya gerak. Kontradiksi bukan
semata-mata perbedaan, sebab berbeda tak selalu bertentangan.
Kontradiksi bukan konflik yang usai dengan resolusi, sebab
konflik gejala yang sementara sedangkan kontradiksi abadi. Itulah
mengapa konflik yang muncul dari kontradiksi tidak ada win win
solution, tak dapat diselesaikan dengan mendamaikan dua kutub
yang bertentangan dalam hukum kontradiksi. Perbedaannya
dengan Materialisme non Dialektis, pergerakan menuju
th
3 Di dalam The 18 Brumaire of Louis Bonaparte (1852), Marx menyatakan bahwa manusia
memang mempunyai kebebasan untuk bertindak, namun tidak bersifat mutlak karena harus
dipraktikkan dalam konteks suatu sejarah dan struktural yang telah diwariskan melalui
pertarungan-pertarungan di masa lalu (lihat Richard Robinson 2012, xxviii). Menurut hemat
saya, pernyataan ini tidak menjangkau alam kesadaran kaum pemodal yang menghisap dan
menjadi sasaran gerak pembalikan situasi oleh kaum proletar. Pernyataan itu diperuntukkan
bagi penganut Materialisme Dialektis, bukan lawan-lawannya. Kaum pemodal enggan
mempraktikkan kehendak bebasnya dalam konteks sejarah dan struktural yang dipikirkan
oleh Marx, mereka memilih untuk merawat situasi yang menguntungkan posisinya meskipun
prasyarat-prasyarat revolusi tumbuh subur. Penciptaan ruang produksi baru dan model
penghisapan mutakhir dengan ragam bentuknya, yang mendahului sejarah dan struktural
warisan zaman, merupakan contoh nyata hal tersebut. Maka, dalam Idealisme, kehendak
bebas manusia dapat dilekatkan atau tidak sama sekali dengan konteks sejarah dan struktural
dari zaman ke zaman. Dalam posisi serba nisbi ini, kehendak bebas Idealisme sudah
sepantasnya dibajak sebagai alat gerak pembalikan situasi.
Gerakan dan Perjuangan Agraria 375