Page 402 - Mozaik Rupa Agraria
P. 402
Berdasarkan etnisitasnya, 3.594.854 jiwa penduduk DIY
terdiri atas 3. 331. 355 jiwa (suku etnis Jawa); 23.752 jiwa (etnis
Sunda); 3.567 jiwa (etnis Papua); 15.430 jiwa (etnis Melayu);
11.545 jiwa (etnis Tionghoa); 2.152 jiwa (etnis asing/Warga Negara
Asing); sisanya etnis-etnis lain nusantara yang diimajinasikan
sebagai orang asli/bukan etnis asing (BPS 2010). Tidak terlaporkan
rasio kelas sosial (kaya:miskin) dari WNI yang digolongkan Non
Pribumi di DIY (akta kelahiran berkode 1849 dan 1917). Dinamika
perjuangan ruang hidup terkait Instruksi 1975 mengemuka di
kalangan etnis Tionghoa.
Menurut FX Harsono (wawancara pribadi, 2017), ada dua
11
istilah untuk menyebut Tionghoa dalam kultur Jawa, yaitu Babah
dan Singkek. Babah adalah mereka yang sudah lima generasi di
nusantara, berpendidikan rendah, tak bisa berbahasa Tiongkok,
membaur bersama yang miskin karena sesama kelasnya. Singkek
adalah mereka yang baru tiga generasi, umumnya klan Hakka dan
berhimpun, berpendidikan tinggi, mampu berbahasa Tiongkok,
kelas mapan dan berorientasi ekonomi. Sulit untuk menemukan
Tionghoa miskin dalam perhimpunan Tionghoa di DIY, bahkan
mungkin tidak ada. “Dalam kultur kami, Tionghoa miskin tak
diakui sebagai Tionghoa karena memalukan”, ujar HJ (64) seorang
Tionghoa Kelas Menengah yang pernah saya bersamai dalam
perjuangan diskriminasi ras dan etnis di DIY.
Penyintas diskriminasi etnis dan ras yang berakibat
pada hapusnya hak atas ruang hidup ini berasal dari Kelas
Menengah, bukan Kelas Miskin dan Kelas Konglomerat. Sikap
dan pertimbangan ketiganya berbeda-beda mengenai perlu atau
tidak menggugat Instruksi 1975 demi memperoleh hak atas ruang
hidup yang dijamin UU. Komunitas ini mempunyai alat bukti
11 Seniman pelaku Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia yang menggeluti tema kekerasan dan
etnisitas
Gerakan dan Perjuangan Agraria 389