Page 407 - Mozaik Rupa Agraria
P. 407
merasa dirinya kecil dan lemah, maka ia memanfaatkan semua
momentum bersama lingkar mahasiswa tersebut untuk unjuk
diri, menyuarakan persoalannya kepada publik. Kerjasama
dengan kelompok mahasiswa dengan karakter mobilitas tinggi
menjadi sangat menguntungkan bagi organisasi perlawanan itu.
Wujud pengorganisasian Komunitas Gumuk Pasir tampak sebagai
mobilisasi massa pada perayaan-perayaan tertentu, seperti Hari
Buruh, Hari Tani, Hari HAM, Hari Pendidikan Nasional dan lain-
lain. Aksi massa mereka cepat tanggap, terkoordinasi, solid, masif,
dan terkesan revolusioner. Kelompok mahasiswa ini, meskipun
tidak mengakar, mereka adalah Patron Politik dan Intelektual
yang penting, terutama 2 kelompok terakhir yang mempunyai
peran penting menjelang penggusuran 2016 (2 kelompok pertama
tidak terlibat di lapangan).
Pada 2011, organisasi perlawanan Komunitas Gumuk Pasir
beraliansi dengan 8 komunitas senasib se-Jawa Selatan dalam
wadah Forum Komunikasi Masyarakat Agraris (FKMA). Seiring
dengan itu, kegiatan pendidikan kader kelompok mahasiswa di
kampung itu berangsur terhenti.
Pada 2012, berbagai kelompok mahasiswa itu meninggalkan
basis eksperimentasi sosial politiknya, tidak terlalu jelas apa
sebabnya. Mulai 2012, lingkar relawan FKMA yang heterogen—di
mana saya berada di dalamnya, lebih sering terlibat dalam kerja-
kerja pendidikan dan penjalinan jaringan sesama komunitas
senasib, dengan langgam inisiasi otonomi. Komunitas Gumuk
Pasir bahkan menjadi pelaku deklarasi pada Kongres FKMA kedua
pada 2012 dan tuan rumah Sekolah Tani pada 2013.
Bercirikan sebagai kelas pedagang sekaligus kaum tertindas,
wajah asli Komunitas Gumuk Pasir sesungguhnya tidaklah
seragam.
394 Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang