Page 411 - Mozaik Rupa Agraria
P. 411
Rp. 3,5 juta organisasi perlawanan, di luar agenda aksi massa.
Lambat laun, paguyuban mampu membeli keputusan organisasi.
Keberadaan bisnis karaoke penting bagi perekonomian kelompok
miskin yang mengaisi sampah-sampah dari bisnis itu (botol
dan kaleng minuman dan bungkus penganan); bisnis karaoke
menyediakan konsumen untuk bersantap di warung-warung
kaum miskin. Razia terhadap biduan karaoke turut mematikan
usaha kecil kaum miskin. Ketua paguyuban karaoke, mewakili
pelaku bisnis lainnya, menjadi Patron Ekonomi.
Tetangga pembakal karaoke, seorang rentenir yang berhasil
menjadi tuan tanah, dalam arti ia menguasai tanah yang luas di
banyak tempat. Dia mengganti ongkos okupasi tanah dari para
penduduk asli, lalu menjual atau menyewakan kapling-kapling
tanah itu baik untuk pemukiman maupun karaoke. Rentenir
itu menguasai hajat hidup orang-orang tanpa KTP di lokasi itu,
dengan demikian ia menjadi Patron Ekonomi.
Namun, tidak semua penduduk kawasan itu hidup dari
ritual seks; karaoke, bisnis miras dan narkotika, penginapan,
dan tambak udang. Sebagian dari mereka bertani hortikultura
skala rumah tangga; pemulung; pengumpul pandan untuk suplai
bahan mentah industri kerajinan,; dan membuka warung makan
kecil. Hasil survei lapangan kami, rata-rata penghasilan mereka
Rp. 1,5 juta per bulan. Kaum miskin ini bukan faktor penting
pertumbuhan ekonomi di Kawasan Gumuk Pasir, namun mereka
adalah basis massa dari perjuangan politik. Sebab, kaum mapan
enggan menempuh risiko dengan cara menitipkan perjuangan
berupa sejumlah uang.
Kaum miskin ini hidup berdampingan dengan pelaku bisnis
tambak udang milik militer yang berpenghasilan 400 juta/bulan
(bila harga stabil Rp. 80.000 /kg serta panen 20 ton/ha, ada bagi
hasil Rp. 1.500 per kg bagi para penjaga keamanan tambak) dan
398 Mozaik Rupa Agraria: Dari Ekologi Politik hingga Politik Ruang